34 - Dear, Mas Sepupu!

2.4K 107 2
                                    

Happy Reading

°°°

Mentari pagi menyinari bumi. Hangatnya sinar mentari mampu mengalahkan dinginnya waktu pagi. Pagi ini Bintang nampak lebih baik karena terlihat dari wajahnya yang nampak segar. Biasanya sama saja seperti itu, namun kali ini sepertinya lebih segar.

Setelah sholat subuh tadi, Bintang keluar dari kamarnya dengan penuh senyum bahagia. Suara-suara dari ruangan dekat kamarnya yang membuatnya sesenang sekarang.

Bintang berdiri, melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menatap pintu berwarna putih tulang di depannya. Pintu itu tertutup rapat bahkan terkunci. Bintang tak tau penghuninya sedang apa. Tapi suara di dalamnya membuatnya senang.

"Pagi, penghuni kamar!" serunya.

"Berisik, Bi!" balas seseorang di dalam kamar.

Bintang memanyunkan bibirnya, "Ih, Mas Ghaza! Keluar deh, aku mau bilang sesuatu."

Penghuni kamar itu memanglah Ghaza. Lelaki itu sudah pulang setelah semalam berlalu sejak Bintang mengadu pada Ali. Itu yang membuat Bintang pagi ini senang. Sejak semalam ia mendengar suara-suara kecil dari kamar kakaknya seperti sedang berberes, ia sudah senang.

Ghaza tak kunjung keluar dari kamar. Sedangkan Bintang masih setia menunggu. Kini ia menyender pada tembok dan menempelkan kepalanya di sana.

Bukan tanpa alasan Ghaza tak keluar. Pasalnya lelaki yang baru menikah itu tengah membereskan barang dan juga bajunya. Berhubung ia dan istrinya baru saja pulang liburan alias bulan madu.

"Sayang, kamu dipanggil adekmu loh. Kok nggak ditemuin?" tanya Kirana yang baru keluar dari kamar mandi.

"Nanti aja lah. Masih berberes ini," balas Ghaza yang kini menutup koper setelah barang di dalamnya ia keluarkan.

"Temuin dulu lah. Aku yang lanjutin berberes," ujar Kirana.

"Ya udah deh." Ghaza beranjak dari posisinya.

Lalu, ia berjalan ke arah pintu kamarnya. Saat melewati Kirana, istrinya, ia mengecup kening istrinya itu. Ah, kalau orang-orang bilang, namanya juga pengantin baru. Pasti begitulah.

Ghaza membuka pintu dan tak melihat sosok Bintang. Namun, saat ia menengok ke kanan, ia terkejut dengan sosok Bintang yang menyender di tembok sana. Untung saja ia tak latah.

"Mas kira kamu udah pergi, eh ternyata masih ditungguin," ucap Ghaza.

"Ya enggak dong. Mas Ghaza 'kan udah aku tunggu-tunggu pulangnya," jawab Bintang.

"Kamu ganggu tau nggak. Pagi-pagi udah dateng ke kamar orang. Pake manggil-manggil lagi."

Bintang menyengir. Tak ada maksud untuk menganggu Ghaza. Ia hanya ingin bicara pada saudara satu-satunya itu.

"Karena Mas Ghaza udah pulang, besok berarti aku gak ngurus kerjaan Mas lagi ya," ujar Bintang.

Ghaza menggeleng-gelengkan kepalanya, "Nggak bisa. Mas masih ada urusan dan belum bisa ngurus kantor."

"Ih, aku juga punya urusan, Mas."

"Dua hari lagi aja, Bi. Mas harus cari rumah buat Mas sama Kirana tinggal. Gak enak 'kan kalau numpang sama Ayah padahal Mas udah menikah." Ghaza sedikit memohon.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang