Happy Reading
°
"Gimana, Bi?"
Abi berdiri dari duduknya dan melangkah ke dekat jendela. Tangan kirinya memegang ponselnya yang tengah tersambung panggilan telepon dengan Ghaza. Obrolan keduanya sudah berjalan sekitar lima menit, hingga pertanyaan yang Ghaza lontarkan itu sudah membuat Abi paham.
"Untuk sebulan ini, bagus, Mas," balas Abi pada Ghaza.
"Hahaha, bagus, Bi? Yang bener?" Ghaza tertawa tak percaya di sana.
"Hari pertama dia ikut aku, ada masalah, dia yang ngatasin," ujar Abi seraya mengingat kejadian sebulan lalu saat tragedi kecil terjadi di hotel.
"Beres sama dia?"
"Iya."
"Wah, gak nyangka Bintang jago juga."
Abi tersenyum tipis. Ia akui kerja Bintang selama sebulan ini memang memuaskan. Ya, walau Abi tau Bintang bukan orang yang tidak bisa apa-apa. Gadis itu menurutnya bisa segalanya.
Sedangkan di sana, Ghaza merasa bangga dengan adik satu-satunya itu. Rasanya tak sia-sia ia menyuruh Bintang untuk belajar memahami bisnis dengan Abi. Walaupun ada sedikit paksaan.
"Kalau gini 'kan Bintang bisa aku percaya buat ngurus bisnis juga. Ya nggak, Bi?"
Kepalanya mengangguk, Abi setuju. "Iya, bisa."
"Terus gimana sama kamu, Bi? Katanya kamu lagi ngebangun restoran ya?" Tanya Ghaza.
Salah satu impian Abi ialah memiliki usaha sendiri. Ya, restoran termasuk salah satunya. Kalau hotel dan vila, itu masih milik keluarganya, milik Ayahnya. Ia hanya meneruskan.
"Lagi dibangun, Mas Ghaza," balas Abi yang masih saja dengan kalimat singkatnya.
"Berarti kamu sibuk dong, Bi?"
"Nggak juga, 'kan Bintang bantu ngurus hotel sama vila."
Kini Abi terduduk kembali di kursi kerjanya. Matanya melirik sekilas jam di pergelangan tangan kanan nya.
"Kalau gitu, minggu depan bisa 'kan ke Jakarta? Sama Pakde sama Budhe sekalian, Bi."
Abi mengerutkan dahinya heran. "Ada apa memangnya?"
Ghaza tersenyum sendiri di sana. Benar kata orang, kalau jatuh cinta hati memang selalu berbunga-bunga. Itu yang tengah Ghaza rasakan.
"Doain lancar ya, Bi. Minggu depan Mas mau ngelamar anak orang."
Abi kaget dengan diam nya itu. Lama tak berbicara dengan Ghaza, tiba-tiba sepupunya itu sudah hampir menikah. Sampai beberapa detik kemudian, suara Ghaza kembali terdengar.
"Jangan bilang-bilang sama Bintang, Bi. Nanti ajak aja dia, biar dia gak usah tau."
----
Sore ini hujan turun dengan derasnya. Keadaan ini membuat Bintang harus berada di tempatnya karena meneduh. Dua puluh menit yang lalu ia masih berjalan-jalan di sekitaran vila, namun saat ia asyik mengobrol dengan kedua sahabatnya lewat telepon di gazebo, ia lupa waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...