42 - Dear, Mas Sepupu!

2.7K 116 1
                                    

Happy Reading

---

Satu minggu sudah keluarga Hartosiswoyo berada di Singapura. Saat ini mereka sudah kembali ke  Jakarta dan melakukan aktivitas seperti biasa. Tetapi Abi bersama orangtuanya  masih berada di Jakarta.

Jelas urusan mereka belum selesai.

Tibalah kini, keluarga Hartosiswoyo tengah berkumpul di ruang keluarga rumah Ali. Malam ini akan menjadi penentuan bagaimana hubungan Abi dan Bintang ke depannya.

"Karena semua udah kumpul, mulai aja ya?" ujar Indra meminta persetujuan, lalu menegakkan duduknya.

Anggukan kepala mereka semua membuat Indra kembali bersuara. "Abi, mau kapan to? Bulan depan?"

"Loh? Kok Bulan depan?" Bukan Abi yang membalas melainkan Ali. Raut wajah pria itu nampak heran.

"Wah, jalanmu lebar banget, Bi. Kayaknya bulan depan beneran ya," ceplos Ghaza sedikit bergurau.

Bintang mengerucutkan bibirnya seraya menyenggol pundak kakaknya yang duduk disebelahnya itu. Candanya tak tepat waktu menurutnya.

"Abi, bukan kamu, Bintang. Huh," ujar Ghaza.

"Ekhem, kalau bulan depan, gakpapa?" Kini Abi bersuara. Dehamannya di awal bicaranya, itu tanda ia gugup.

Semua yang di sana diam dengan ekspresi masing-masing. Dan mungkin dengan pikiran masing-masing juga. Terutama Bintang, kalau ucapan Abi disetujui, akankah secepat itu?

"Sebenarnya, pernikahan itu hal baik dan lebih baik disegerakan ya. Tapi, baru aja beberapa bulan lalu Mas-mu nikah, Bi." Ali menatap Bintang.

"Iya juga." Ghaza mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Bi gak berharap dan pengen ada pesta besar kaya nikahannya Mas Ghaza kok, Yah."

"Tapi kalau di lihat ya, Yah. Abi Insyaallah udah mampu kok buat berumah tangga, baik fisiknya, mentalnya, dan ekonominya. Kalau udah begitu 'kan wajib hukumnya buat nikah. Takutnya malah nanti jatuh ke perbuatan yang berujung ke hal yang maksiat." Ghaza berpendapat.

"Setuju," ucap Rumi dan Sekar bersamaan. Senyum keduanya sekilas terlihat.

"Abi walau cuek gitu, dia juga laki-laki biasa, Yah. Takutnya dia gak bisa nahan nafsu," ucap Ghaza di akhiri kekehannya.

Abi melirik Ghaza, begitupun Bintang. Bukan, bukan karena omongan Ghaza salah. Tapi rasanya Ghaza telah membantunya, mereka berdua harus berterimakasih pada Ghaza.

"Ya sudah, gakpapa, Abi. Jadi, bulan depan pernikahan Abi dan Bintang. Kita berdoa, semoga semua lancar dan anak-anak kita diberikan kesabaran dalam melakukan segala hal nantinya. Aamiin," ujar Ali.

"Aamiin."

----

Ruang keluarga yang tadinya ramai oleh dua keluarga itu, kini sepi. Baru saja para orangtua kembali ke kamar untuk beristirahat. Berbeda dengan Bintang juga Abi yang setia di tempat duduknya masing-masing.

Tak hanya ada mereka berdua di ruang tamu, ada juga Ghaza dan Kirana yang tengah menatap Abi dan Bintang karena keduanya hanya diam saja.

"Diem-dieman mulu nih," sindir Ghaza melirik Abi.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang