Bali 49

486 65 3
                                    

Kris menggenggam tangan ibunya.

"Maafin kris biang, kasih kris waktu ya. Kris sudah gak punya muka di depan singto"

"Kapan kamu berangkat?"

"Besok"

"Baik, kalau kamu gak bisa berubah, jangan pernah kembali ke rumah ini"

"Iya biang"

Kris memeluk tubuh ibunya, tapi ibunya mendorong tubuh kris. Kris tersenyum miris. Setidaknya untuk sekarang singto masih bisa merasakan kasih sayang, masih ada yang menjaga singto saat kris tidak disamping dia.

"Kris ke kamar dulu, mau beresin baju"

Ibu kris hanya diam. Melihat kediaman ibunya, kris beranjak menjauhi ibunya. Kris memasuki kamarnya. Kris mengambil koper yang ada di dalam lemarinya. Membawanya ke ranjang. Kris memasukan semua pakaiannya. Kris melihat sekeliling kamar. Kris menatap foto diatas meja belajarnya.

"Kamar ini pernah jadi saksi, manisnya kamu dulu sing. Mari kita jalani kehidupan masing-masing. Aku senang sing, biang masih sayang kamu. Tolong jangan bicara apapun ke biang. Biar biang taunya aku yang selingkuh"

Kris tersenyum, lalu memasukan semuanya, kecuali barang yang berhubungan dengan singto. Kris ingin menangis agar mengurangi sakit di dadanya, namun tidak bisa. Seakan air mata tidak mau keluar dan membiarkan dada kris terasa sesak.

Setelah menyelesaikan beberes pakaian, kris mengganti bajunya dan mulai tidur. Kris tertidur hingga malam hari. Ibunya tidak membangunkan kris, dulu ketika kris tertidur hingga malam, ibunya pasti akan membangunkan dia untuk makan.

Ayah kris memasuki kamar kris, ayah kris tersenyum menatap anaknya yang sedang melamun.

"Kenapa diam?"

"Aji"

"Aji tahu anak aji seperti apa. Kenapa bohong?"

"Kris gak mau singto dibenci sama biang. Biarin aja seperti ini ji, jangan kasih tau biang"

"Kenapa?"

"Kenapa apanya ji?"

"Kenapa gak nangis?"

"Kris pengen nangis ji, tapi gak bisa" ucap Kris menunjukan senyumnya.

"Anak aji kuat, bertahan ya"

"Aji, maaf kalau nanti adi lahir kris gak ada di samping adi. Nanti aji bilang ya ke adi, kalau kris sayang sama adi"

"Kalau bisa sempatin pulang ya"

"Iya aji"

"Kamu berangkat jam berapa?"

"Jam 5 aji"

"Kenapa pagi sekali?"

"Biar biang gak tau, kris gak bisa kalau lihat wajah kecewa biang. Oh iya aji, boleh kris titip sesuatu buat singto?"

"Apa?"

"Kalau singto datang, kalau gak ya udah. Kasihkan cincin ini ya ke singto"

Kris melepaskan cincin yang dipakai. Kris memberikan cincinnya kepada ayahnya.

"Nanti juga kasihkan sepatu yang di lemari buat singto. Kado anniv dari kris"

"Iya nanti aji sampaikan kalau singto kesini. Kamu tidur ya"

"Iya aji, maaf mengecewakan aji"

"Mana ada, aji bangga punya anak macam kris"

"Matur suksma aji"

Kris mulai menidurkan tubuhnya, ayah kris mulai membelai rambut anaknya. Belaian yang mungkin gak akan bisa kris rasakan lagi nanti

(✿ ♡‿♡)BERSAMBUNG (✿ ♡‿♡)

Alasan kris mengalah itu karena kris tahu, singto dari kecil gak pernah dapat kasih sayang dari ibunya. Ibunya cuma menganggap singto itu investasi masa depan. Jadi dibiayai dari pendidikan dll tapi kasih sayang gak pernah dapat, singto diharapkan bisa menjadi untung buat ibunya. Dan bisa meneruskan apa yang ibunya inginkan dulu.

Bali [ Singto x Krist ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang