Bali 58

741 83 14
                                    

Hampir 7 bulan singto menjalani hidupnya. Bahkan sering kali singto kembali melakukan selfharm. Singto hanya menginginkan krisnya kembali. Singto terpaksa meminum obatnya dan kembali ke psikiater. Sedangkan kris di singapure sering ngedrop dikarenakan melakukan cuci darah. Saat ingi kris sedang dirawat dan sang nenek hanya bisa menggenggam tangan cucunya.

"Sakit banget ya kris? nini yakin kamu kuat. Ayo sembuh, nini gak tega lihat kamu kayak gini"

Kris membuka matanya. Tangan kris menghapus air mata neneknya.

"Jangan nangis, kris gak suka. Kris bakal sembuh buat nini, biang sama aji. Kris juga lagi berjuang buat bertemu adi"

"Nini takut kamu kenapa-kenapa. Nini hubungi orang tua kamu ya"

"Jangan ni, kris gak mau biang kepikiran. Kris gak mau adi kenapa-kenapa"

"Kris"

"Ni, kris mohon"

Dokter memasuki kamar rawat kris. Nenek kris segera menanyakan keadaan kris.

"Bagaimana kondisi cucu saya?"

"Cucu nenek sudah membaik, tidak perlu melakukan cuci darah lagi. Tetapi cucu nenek harus rajin minum obat"

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih buat dokter karena sudah merawat cucu saya"

"Sudah kewajiban saya nek, saya permisi"

Sang dokter meninggalkan kris bersama neneknya. Nenek kris langsung memeluk tubuh kris.

"Kamu sembuh"

"Tuh dengerin ni, kris gak papa. Kris juga berjuang loh buat ketemu adi. Tinggal 1 bulan lagi kris bisa ketemu adi"

"Nanti nini temenin kamu kembali ke bali. Nini juga rindu dengan suasana bali"

"Nini rindu bali atau mau melihat yang namanya singto?"

"Kamu memang cucu nini, jadi bisa baca pikiran nini"

"Dasar nini"

Mereka menghabiskan waktu dengan berbagi cerita. Mereka saling tertawa. Beban mereka seakan telah terangkat.

DI BALI

Singto pulang dari kampusnya dengan badan lemas. Setelah kehilangan kris, seluruh jiwa singto seperti menghilang. Namun disaat kuliah, singto memfokuskan pikirannya di mata kuliah.

Singto memasuki kamarnya. Dia berjalan menuju meja belajarnya. Mengambil foto dirinya dan kris.

"Aku kangen, kata ibu kamu janji mau pulang kalau aku sembuh. Tapi aku sudah sembuh kamu belum pulang juga. Balik kris, aku butuh kamu"

"Aku gak minta kamu pergi, kenapa kamu pergi?"

Singto meletakkan foto kris di tempat semula. Lalu singto membuka laci yang ada di meja belajarnya. Singto mengambil cutter yang selalu singto gunakan untuk melakukan selfharm.

Singto duduk di tepi ranjangnya. Singto mulai menaikkan lengan bajunya. Bahkan darah kemarin belum mengering dengan sempurna. Singto mulai menggores lengannya kembali. Tidak ada ekspresi kesakitan di wajah singto. Seperti singto sudah tidak bisa merasakan sakit lagi di tangannya, seolah semua mati rasa termasuk hatinya.

Singto berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya. Singto meletakkan kembali cutter di laci meja. Singto kembali ke ranjangnya. Singto mulai melamun, memikirkan bagaiman bisa dia menyakiti kris. Tanpa sadar air mata singto mulai turun.

Singto mulai mencari obat antidepresannya. Dia tidak ingin ibunya mendengar dirinya histeris. Dia tidak mau jika harus menunda untuk bertemu kris. Ibunya akan melarang dirinya bertemu kris jika dia kembali histeris. Singto meminum 1 pil antidepresannya. Namun 1 pil bagi singto tidak ada efeknya. Singto mulai mengeluarkan 5 pil antidepresan dan meminumnya.

Bali [ Singto x Krist ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang