BAGIAN 1 : CALON ISTRI

112K 14.8K 869
                                    

Alhamdullilah, bisa up lagi :)

Absen dulu yuk! Pengen tahu kalian asal kota mana aja, sih?

Hayoo, siapa yang nungguin cerita Feeling Perfect update?

Gak nyangka kalau kalian bakal seantusias ini. Semoga betah ngikutin cerita ini ya🙈

Yuk langsung aja! Gak sabar, kan pasti?

Ambil baiknya, buang buruknya, ya⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 1 : Calon Istri____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 1 : Calon Istri
____

Dua tahun kemudian.

"Ada titipan lagi buat Mas Sakha."

"Titipan apa Ummah?"

Abdurrahman Sakha Ar-Raafi. Laki-laki yang memakai sweater abu-abu dan duduk di ruang makan itu meraba meja, mencoba mengambil benda yang ummahnya maksud. Pandangan Sakha tetap lurus, kepala dan sebagian tubuhnya dimiringkan sedikit.

"Biasa," jawab wanita paruh baya berkerudung lebar sampai pinggang itu setelah menaruh sebuah amplop besar berwarna coklat di atas meja makan.

Sakha tersenyum geli mendengar balasan ummahnya. Ia mengeluarkan kertas dari dalam amplop. Fatma melirik sekilas, penasaran dengan isinya.

"MasyaAllah ... anaknya pak Kades teh geulis pisan!" Fatma tidak jadi melangkah menuju dapur. Ia malah terkagum-kagum melihat foto yang Sakha pegang.

"Apa iya, Ummah?"

Sakha menjamah kertas licin yang menampilkan wajah seorang wanita yang berfoto dengan gaya formal itu. Pandangan matanya masih tetap sama, lurus dan kosong.

Wajah Fatma yang tadinya semringah berubah cemberut. Wanita dengan gamis ungu tua itu mengelus rambut Sakha. "Tapi masih cantik calon kamu, Mas."

Sakha menampilkan seulas senyum kembali. Senyum yang lebih hangat dari sebelumnya. Perlahan wajah putihnya itu berubah memerah.

Fatma yang melihatnya semakin gencar menggoda. "Aduh, aduh ... Gak sabar, ya, mau cepet-cepet nikah?"

Fatma mencolek dagu Sakha, berniat merecoki putranya itu. Dengan malu-malu, Sakha menjauhkan tangan Fatma dari wajahnya. Ia tidak bisa berkata-kata lagi, sebab yang Fatma katakan adalah kebenaran.

"Ada apa, Bu? Siapa yang kebelet nikah?"

Dari arah belakang Fatma berdiri, suara bariton terdengar. Fatma membalikkan badan, mendapati suaminya tengah memandang mereka berdua yang asik mengobrol sembari membawa cangkir kopi yang sudah kosong.

"Mas Sakha ini lho, Pak. Gak sabar calon istrinya lulus sekolah."

Fatma memberitahu pria paruh baya berkoko putih dengan peci hitam di kepala itu sambil mengulum senyumnya. Kemudian mengambil cangkir dari tangan suaminya untuk dicuci di dapur sekaligus memasak makan siang.

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang