Mohon maaf ya, kemarin lupa mau up😁
Semoga part ini bisa menyembuhkan rindu kalian dengan cerita ini ya! (cielah sok-sokan banget kayak ada yang ngangenin aja)🤣
Btw, aku lupa ngasih catatan buat yang kemarin. Voiceover itu nama pengaturan pembaca layar di iPhone, sedangkan di android namanya TalkBack wkwkw.
Koreksi ya, kalau salah😁🙏🏻
Selamat membaca❤️
Ambil baiknya, buang buruknya ya⚠️
Bismillahirrahmanirrahim.
Bagian 11 : Sakha Marah?
___Qia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Menurut waktu, ia hanya terlambat 10 menit saja. Qia mengembuskan napas lelah ketika ia hendak memasuki kawasan kantor.
"Mbak Qia."
Panggilan dari Pak Satpam membuat Qia menoleh dan memundurkan langkah, tak jadi masuk ke lobi. "Iya, Pak."
"Cari Pak Rafka atau Pak Sakha?" tanyanya seolah tahu tujuan Qia datang kemari.
"Cari Pak Sakha. Masih ada di ruang kerjanya, kan?"
Qia sangat yakin bahwa Sakha masih ada di sana. Lelaki itu pasti sedang menunggu kedatangannya. Awalnya mereka sempat berdebat karena Qia yang bersikukuh ingin menjemput Sakha, sedangkan Sakha berusaha meyakinkan kalau ia bisa pulang sendiri. Akhirnya keputusan diambil secara sepihak oleh Qia.
Mengetahui ucapan Qia, Pak Satpam mengerutkan keningnya. "Loh, baru aja Pak Sakha pulang bareng Pak Rafka. Mbak Qia gak dikabarin?"
Qia membelalakkan kedua matanya dan merogoh ponsel yang sengaja diheningkan di dalam tas selempang. Qia menutup mulutnya terkejut saat mendapatkan banyak panggilan dari nomor Sakha. Sejak memesan ojol, Qia tak mengecek ponselnya lagi.
"Pak Sakha juga gak kasih pesan apa-apa ke saya. Tadi langsung pulang gitu aja. Saya kaget karena Mbak Qia tiba-tiba dateng kesini." Pak Satpam memperjelas.
Gadis yang masih memakai pakaian yang sama seperti pagi tadi, menepuk pelan jidatnya sambil berdecis. Berarti sia-sia, dong, ia mengomeli ojol yang ditumpanginya karena lama sekali datangnya?
"Terus gimana?" Qia bertanya kepada dirinya sendiri dengan perasaan kacau. Pak Satpam pun menggeleng, sebab tak tahu juga apa solusi terbaiknya.
"Pulang sama saya aja. Saya antar sampai rumah."
Suara itu mengalihkan atensi Qia, membuat gadis itu memutar leher dan badannya ke belakang. Dev datang dengan senyuman dan tas kerja di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya dimasukkan ke saku celana.
"Eh, gak usah Mas Dev." Qia menolak dengan gelengan dan cengiran lebar.
Dev mengalihkan pandang sambil berdecak malas. "Gapapa, Ra, kayak sama siapa aja. Lagian kita juga udah kenal lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Perfect
SpiritualGimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?! *** "Kenapa Dek Qia mau nikah sama Mas yang punya kekurangan?" "Karena gak tau dan terpaksa. Gak tau kalau sebenarnya Mas punya kekur...