Gimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?!
***
"Kenapa Dek Qia mau nikah sama Mas yang punya kekurangan?"
"Karena gak tau dan terpaksa. Gak tau kalau sebenarnya Mas punya kekur...
Terima kasih buat siapapun yang udah promosiin cerita ini. Love deh sama kaliann😭❤️
Ciee yang bentar lagi mau ending pew😎
Jangan lupa tinggalin jejak, ya 🌟
Ambil baiknya, buang buruknya ⚠️
Bismillahirrahmanirrahim.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagian 38 : Merasa Bersalah ____
"Ekhem!"
Deheman singkat itu sukses membuat Sakha yang sedang mengaduk teh di dapur menyerongkan badannya mengikuti asal suara. Detik berikutnya, ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang.
Sakha membalikkan tubuh sepenuhnya, kemudian tersenyum lembut. Ia mengenali dengan sangat jelas siapa yang tiba-tiba datang tanpa salam.
"Ayah?" Sakha memastikan dengan satu alis yang terangkat.
Rafka melebarkan kedua matanya. Merasa terkejut sekaligus heran karena mengetahui sendiri bagaimana kemampuan Sakha dalam mengenali dirinya.
"Padahal Ayah cuma batuk aja, kenapa kamu bisa tahu?"
Mendengar perkataan Sakha refleks membuat Rafka mengendus aroma tubuhnya yang menempel di kemeja. Ia mengerutkan keningnya, merasa tidak ada aroma yang terlalu menyengat.
"Biasa aja."
Sakha hanya tersenyum menanggapi mertuanya itu.
"Assalamualaikum, menantu Ayah." Rafka menyapa dengan gembira.
Rafka mengangguk. Kemudian ia membalikkan badan, melangkah menuju meja makan.
"Ayah mau teh atau kopi?" tawar Sakha masih berdiri di tempatnya.
Sebenarnya Rafka tidak ingin membuat Sakha kewalahan karena meladeninya. Namun jika ia menolak, Sakha pasti akan merasa minder.
"Air putih aja. Tadi udah minum teh," balas pria berjas rapi itu sambil tersenyum.
Sakha pun segera menyiapkan minuman untuk Rafka. Mengambil gelas dari lemari, beralih mengambil air putih lewat dispenser. Setelahnya, Sakha membawa dua gelas berbeda isi itu dan menaruhnya di atas meja dengan sangat hati-hati.
Mereka memulai obrolan ringan dengan Sakha yang duduk di samping mertuanya. Kedua laki-laki itu mulai menyesap minumannya masing-masing.
"Sakha," panggil Rafka membuat Sakha menolehkan kepala ke sumber suara.
Rafka menunduk merasa bersalah. "Ayah benar-benar minta maaf, ya. Kemarin Qia pasti udah ngomong yang aneh-aneh dan menyakiti hati kamu. Ayah merasa bersalah. Mau bagaimanapun dia itu tetap anak Ayah."