BAGIAN 23 : KESERUAN

49.3K 7.7K 500
                                    

Alhamdullilah, hore bisa up lagi wkwk.

Ada yang bosen gak ceritanya gini-gini aja?😂✌🏻

Hayoo, jangan lupa tinggalin jejak ya hehe.

Selamat membaca kisah Qia dan Sakha!

Ambil baiknya, buang buruknya, ya ⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 23 : Keseruan ___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 23 : Keseruan
___

Akhirnya Qia bisa menarik napas dengan tenang. Setelah bermenit-menit ia habiskan untuk menyetorkan hafalannya kepada Sakha dengan jantung yang bertalu-talu dan tubuh menegang.

Qia merasa seperti tengah di sidang dewan guru karena ketahuan membela murid yang di-bully oleh anak donatur terbesar di sekolah. Sakha tersenyum manis mengetahui istrinya semakin mengalami perkembangan, khususnya dalam bacaan Al-Qur'an.

"MasyaAllah ... makin hari hafalannya Dek Qia makin banyak, ya?"

"Alhamdullilah ...." Qia merapalkan syukur dengan hati yang plong. Lalu, ia tersenyum bangga. "Iya, dong. Kan, Mas yang ngajarin."

Sakha mengembuskan napas pelan. Menarik kedua sudut bibirnya sambil menutup Al-Qur'an braille yang ada di pangkuannya. "Semua itu berawal dari niat. Meskipun Mas yang ngajarin, kalau Dek Qia gak niat akan sulit nantinya."

Sakha berusaha meraih tangan Qia yang duduk di hadapannya. Ia terkekeh kecil mendapati telapak tangan gadisnya yang dingin. "Inget, ya, yang paling penting bukan seberapa banyak hafalannya, tapi seberapa seriusnya kita dalam mengamalkan isi Al-Qur'an."

Qia mengangguk tegas. Melepaskan genggaman tangan Sakha lalu mengacungkan kedua ibu jarinya. "Oke, Mas ganteng!"

"Oh, ya, Qia mau tanya." Gadis itu memperbaiki duduknya dengan Sakha yang juga duduk di dekat sandaran kasur. Qia mengusap-usap kedua tangannya mencari kehangatan.

"Kenapa cowok itu suka banget mandang fisik? Soalnya, dari kajian ilmiah yang Qia lakukan secara objektif dan subyektif, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar perempuan kena ghosting karena mereka gak cantik," kata Qia memulai kembali tingkahnya.

"Begini, Dek. Sudah fitrahnya laki-laki itu diciptakan suka memandang keindahan, apalagi perempuan yang cantik," jelas Sakha dengan penuh kelembutan. "Begitu juga sebaliknya. Perempuan suka sekali, jika mereka dipandang."

"Oalah ...." Qia membuka mulutnya, paham. "Pantes aja, cewek-cewek pada suka dandan sama foto, itu emang karena udah fitrahnya gitu, ya?"

Sakha mengangguk. "Tapi, kita sebagai manusia harus menjaga fitrah tersebut dengan sebaik-baiknya. Kan, di dalam Al-Qur'an diperintahkan kepada laki-laki untuk menjaga pandangannya dari yang haram. Perempuan pun juga harus gitu."

"Wanita harus bisa menahan dirinya agar tidak dipandang sembarang orang. Makanya sifat malu itu penting," lanjut Sakha menyentuh wajah Qia lalu mencubit hidungnya, gemas.

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang