BAGIAN 8 : UNGKAPAN CINTA

81.9K 11.6K 892
                                    

Alhamdullilah, bisa up lagi😁

Insyaallah, part setelah ini akan banyak adegan yang hanya bisa dilakukan oleh profesional (baca: pasangan halal) wkwk.

Intinya, bakal banyak adegan bapernya😭

Kalau gak nge-feel, mohon maaf ya, soalnya ini pertama kali buat genre kayak gini hehe😳❤️

Koreksi kalau ada yang salah ya?🤗

Silakan membaca. Happy Reading.

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 8 : Ungkapan Cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 8 : Ungkapan Cinta

____

Dua hari resmi menjadi istri dari seorang Abdurrahman Sakha Ar-Raafi, membuat Qia mengalami rutinitas yang berbeda dari biasanya. Sebelumnya, Qia hanya kadang-kadang saja melakukan salat tahajud.

Kalaupun ia salat tahajud, biasanya ia akan lanjut tidur sampe subuh. Begadang semalaman untuk mengerjakan tugas dan mempersiapkan ulangan, membuatnya sangat mengantuk.

Namun, kali ini tidak. Suaminya ini tipe-tipe orang yang sangat rajin sekali ibadahnya. Seolah mempunyai magnet yang kuat sehingga berhasil menarik Qia mengikuti kebiasaan baiknya.

"Hafalan Dek Qia udah sampe juz berapa?" tanya Sakha ketika selesai mencium kening sang istri setelah salat dan berdoa.

Qia tersenyum lebar-lebar, menggaruk puncak kepalanya yang memakai mukena. "Juz tiga puluh aja, itu pun kalau enggak lupa," jujurnya diakhiri tawa pelan.

Sakha menarik kedua sudut bibirnya, mengangkat tangan mengusap kepala Qia dengan penuh kelembutan. "Gapapa jangan berkecil hati. Toh, masih belajar," katanya membuat hati Qia meluluh.

"Mulai sekarang ... kita buat jadwal, ya? Nanti Adek hafalin beberapa ayat, habis itu disetorin ke Mas. Gimana?"

Qia pun mengangguk dengan semangat. Entah mengapa, meski baru mengenal Sakha, pikiran dan hatinya merasa sangat damai. Bahkan ia juga sempat terheran-heran dengan sosok lelaki sabar yang baru ia temui di hadapannya kini.

Tidak pernah sekalipun, Sakha marah atau mengeraskan suara kepadanya, hal itulah yang membuat Qia cepat sekali jatuh cinta. Ah, atau apalah namanya, terserah. Intinya, jantung Qia terus saja berdebar-debar ketika bersama Sakha.

"Kalau gitu sambil nunggu adzan subuh, Adek mau, kan, muroja'ah bareng sama Mas?" Tawaran Sakha yang satu ini jelas tidak akan Qia tolak.

Waktu pun berlalu. Kedua pasangan muda dengan pakaian salat yang belum diganti itu saling berhadapan di atas karpet bulu di bawah kasur---tempat Qia memutuskan tidur dulu itu.

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang