BAGIAN 31 : DONOR MATA

51.8K 7.6K 434
                                    

Alhamdullilah, bisa up lagi meskipun gak bisa double :(

Maaf ya🙂🙏🏻

Semoga suka sama part ini. Koreksi kalau ada salah. Selamat membaca ❤️

Ambil baiknya, buang buruknya, ya ⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 31 : Donor Mata____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 31 : Donor Mata
____

Qia dan kedua orang tuanya sedang duduk-duduk santai sembari memakan kuaci di ruang keluarga. Obrolan ringan mereka ditemani televisi yang menyiarkan acara berita.

"Bunda risih gak kalau punya suami ganteng, terus dibawa jalan-jalan gitu?" tanya Qia iseng seraya memasukkan satu kuaci utuh kemudian mengemutnya.

Naura yang tahu itu, langsung menggeplak lengan putrinya. "Jorok banget kamu makannya!"

Qia mengeluarkan lagi kuaci yang sudah basah terkena air liur. Kemudian gadis itu menggigitnya untuk dimakan isinya.

"Justru yang enak itu kulitnya Bunda. Kalau isinya, kadang-kadang rasanya pahit."

Rafka kemudian menyahut, membuang kulit kuaci ke plastik di atas meja. "Risih kenapa? Dilihatin orang? Udah biasa."

"Namanya juga orang ganteng," lanjut lelaki itu, tersenyum menaik-turunkan alisnya.

"Ayah, ih. Qia tanya sama Bunda, ya," protes Qia tak suka. Ayahnya itu memang suka sekali menganggu.

Naura menghela napas. "Ya, mau gimana lagi? Bersyukur aja, Qi. Cemburu itu wajar, tapi jangan berlebihan. Kalau udah cakep luar dalam terus setia, bukannya harus senang?"

Qia mengangguk-angguk mengerti. "Iya, sih ...."

"Kalau cowok kaya, ganteng, mapan, awet muda terus punya istri, godaannya banyak gak, Yah?" Qia gantian memberikan pertanyaan untuk Rafka.

Rafka langsung melototkan matanya sambil membuka mulutnya, lantas melebih-lebihkan. "Wuihh, mengerikan!"

Naura segera memukul lengan suaminya. Seketika pria dewasa itu berhenti bersikap berlebihan, lalu mengusap lengan kirinya.

Kembali ke topik awal, Rafka mengangguk dan menyengir. "Tapi kalau selalu berusaha untuk memperbaiki dan mendekatkan diri kepada Allah ... InsyaAllah, Allah bakal bantu melewati semuanya."

Qia mengangguk lagi. "Ooh ...." Gadis itu kembali memasukkan kuaci ke mulutnya.

"Eh, kamu ninggalin Sakha sendirian di kamar?" tanya Naura baru ingat. Di ruangan itu ternyata tidak ada Sakha yang ikut bergabung.

"Iya." Qia menjawab dengan entengnya sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa. Memakan kuaci dengan santai. "Lagi baca Al-Qur'an, Bunda. Qia gak mau ganggu."

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang