BAGIAN 28 : PERMAINAN

40.9K 7.3K 654
                                    

Ciee yang nungguin up🤭

Maaf ya, baru sempet up hehe.

Koreksi kalau ada yang salah, ya?

Semoga enjoy terus baca cerita ini❤️

Ambil baiknya, buang buruknya, ya ⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 28 : Permainan____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 28 : Permainan
____

"Qia bacain peraturannya, ya?"

Sakha mengangguki ucapan gadisnya. Lelaki berbaju santai dan celana panjang itu duduk berhadapan dengan Qia di atas karpet bulu ruang tamu. Seperti biasa, setiap malam mereka berdua akan menghabiskan waktu bersama, tentunya tidak dengan bermain ponsel. Alasannya, Qia yang malas dan Sakha yang enggan ribet.

Gadis yang memakai gamis polos tanpa jilbab itu menggelung dulu rambutnya dengan jepitan sebelum membacakan peraturan.

"Masing-masing dari kita diperbolehkan memberi lima soal bebas. Apapun. Yang gak bisa jawab, mukanya bakal dicoret pakai tepung."

"Score akhir yang paling banyak akan mendapatkan hadiah. Dan hadiahnya disepakati sebelum permainannya dimulai."

"Hadiahnya apa?" tanya Sakha menaikkan kedua alisnya.

"Kalau Qia menang, Mas wajib traktir makan di warung bakso Mang Udin!" ujar gadis itu bersemangat sampai mengepalkan tangannya meninju udara.

Sakha menyunggingkan satu sudut bibirnya. "Tapi, kalau Mas yang menang?"

Spontan Qia berdecak sambil mengalihkan pandangannya sebentar. "Mas gak akan menang. Kan, yang menang Qia. Mas pasti ngalah sama istrinya, ya, kaaann?" tudingnya tersenyum penuh percaya diri.

Sakha terkekeh seraya geleng-geleng. Belum juga permainannya mulai, gadis itu sudah mau menang sendiri. Sakha mengalah saja, toh, hadiahnya bukan menjerumuskan ke hal yang salah.

"Kita mulai, ya!"

Qia membuang napasnya, seolah membuang kegugupan. Ia menyatukan kedua tangannya di pangkuan, memainkannya secara abstrak untuk menghilangkan grogi.

"Walaupun Mas gak bisa lihat, jangan curang, ya."

Peringatan itu, membuat Qia merasa menjadi sosok yang jahat. "Ya Allah, Mas. Qia gak akan sekejam itu kali."

Sakha tertawa pelan, sembari geleng-geleng tak habis pikir. Sementara Qia mendengus sebelum ia membuka permainannya.

"Batu, gunting, kertas!"

"Yaah ... Mas yang menang." Qia merosotkan bahunya kecewa. Dirinya kertas dan Sakha gunting.

Dengan muka tertekuk gadis itu kembali berbicara. "Berarti Mas duluan yang ngasih Qia soal."

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang