Allohumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad.
Gimana kabarnya hari ini? Semoga kalian selalu sehat, ya. Aamiin :)
Terima kasih buat semua yang udah dukung cerita ini, hehe.
Jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian, ya, biar cerita Feeling Perfect ini bisa dikenal banyak orang, hwhw. (ಥ‿ಥ)
Oke, deh. Kayaknya part ini bakalan jadi part yang paling panjang. Jadi, bacanya pelan-pelan aja, oke?!
Ambil baiknya, buang buruknya, ya⚠️
Bismillahirrahmanirrahim.
Bagian 9 : Pertemuan Pertama
____Sekarang pukul dua siang, artinya telah menuju agenda terakhir mereka berdua. Oh, bukan. Sebenarnya hanya Qia yang merencanakan dan Sakha ikut-ikut saja.
Berpijak di kawasan mall besar di ibukota, membuat Qia semakin mengeratkan genggaman tangannya. Di sini ramai, Qia tidak mau Sakha hilang, apalagi sampai diculik orang. Selama menikmati udara dingin mall, Qia terus berceloteh. Mendeskripsikan banyak hal tentang mall tersebut.
"Mas sering ke mall?" tanya Qia basa-basi saat mereka berdua menaiki eskalator yang menuju lantai atas.
Sakha menggeleng. "Dulu waktu kecil, Mas lumayan sering ke mall, soalnya ikut Mama belanja bulanan. Tapi pas udah pindah ke Bogor, gak lagi."
"Sama sekali gak?"
"Iya, ini baru pertama kali setelah hampir belasan tahun."
Qia menjatuhkan rahang bawahnya terkejut, berkedip beberapa kali memastikan diri. "Yang bener, Mas?"
Sakha mengangguk samar lalu mereka melangkah saat eskalator sudah habis. Selang beberapa menit, Qia mengangguk mengerti.
"Qia juga baru pertama kalinya ke mall bareng pacar," kata gadis cantik dengan bucket hat di kepalanya tersebut sambil mengedarkan pandangan berkeliling.
"Pacar halal maksudnya," lanjut Qia tersenyum menatap pahatan wajah Sakha yang menawan dari samping. Sakha menarik kedua sudut bibirnya, merasa lucu.
Cowok itu menoleh tanpa menatap gadis yang berjalan di sebelahnya. Qia langsung mengalihkan pandangannya, karena merasa jika Sakha bisa melihatnya, padahal tidak.
"Kata Ayah, Dek Qia gak pernah pacaran ya?"
Qia menggeleng. "Belum ketahuan aja," katanya berniat menggoda.
"Gak boleh bohong, Cantik."
Niatnya Sakha ingin mengacak ubun-ubun Qia, tapi tangannya yang terlepas dari genggaman malah salah sasaran dengan meraba jidat. Qia yang tahu maksud suaminya berusaha menahan tawa sambil menutup mulutnya. Membiarkan Sakha memperbaikinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Perfect
SpiritualGimana sih rasanya dijodohin sama cowok ganteng, paham agama, lemah lembut, cintanya tulus banget, tapi tunanetra?! *** "Kenapa Dek Qia mau nikah sama Mas yang punya kekurangan?" "Karena gak tau dan terpaksa. Gak tau kalau sebenarnya Mas punya kekur...