BAGIAN 3 : DIJODOHIN?

83.7K 12.8K 951
                                    

Cieee ... yang nungguin :)

Alhamdulillah, akhirnya bisa uptade lagi.

Betah-betah, ya, kalian di sini. Semakin rame, semakin aku semangat buat nulis🤭

Kalau ada kritik, saran, atau masukan bilang aja, jangan ngilang ya! ಥ‿ಥ

Siap buat ramein part ini?

Happy Reading❤️

Ambil baiknya, buang buruknya, ya!⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 3 : Dijodohin?_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 3 : Dijodohin?
_____

"Pemandangan dari atas sini bagus ya, Pak?"

"Iya, Bu. Bagus. Gedungnya tinggi-tinggi," balas Abdul sama-sama kagum melihat padatnya ibukota dari balkon apartemen bersama sang istri.

Pasangan suami-istri tersebut sedang duduk-duduk santai menikmati pemandangan yang beda dari biasanya. Kalau di desa, mereka melihat hamparan pohon-pohon atau tanaman yang hijau. Sementara di sini, mereka melihat gedung-gedung pencakar langit dan padatnya kendaraan di jalanan.

Selang beberapa detik, bel apartemen berbunyi. Abdul bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu utama. Fatma yang penasaran ikut menyusul di belakang. Setelah pintu terbuka, muncul sosok yang sedari tadi ditunggu kehadirannya.

Fatma yang tahu putranya sudah datang segera mematri langkah mendekati Sakha. Menuntun dengan kehati-hatian lelaki yang menggunakan tongkat itu.

Sebelum menutup pintu, Abdul celingukan keluar, mencari-cari keberadaan seseorang. Harusnya sang putra datang bersama seseorang. "Loh, pak Rafka mana?"

"Tadi buru-buru ke kantor, katanya ada meeting mendadak, Abah." Sakha menjawab serata menarik kedua sudut bibirnya yang tipis.

Abdul mengangguk paham lantas menutup pintu. Pria paruh baya itu kemudian berjalan di belakang Fatma yang sedang menggandeng tangan Sakha.

"Gimana? Sudah ketemu sama calon istrimu?" tanya Fatma setelah mendudukkan Sakha di salah satu kursi meja makan. Pergi sebentar mengambilkan minum untuk laki-laki berusia dua puluh tiga tahun tersebut.

Sakha mengangguk dengan senyuman yang tertahan. Wajahnya tersirat akan raut bahagia, sampai siapapun tahu jika Sakha sedang blushing.

Entah apa yang tengah dibayangkan oleh laki-laki itu, Abdul yang baru saja duduk dan melihat hal tersebut sontak bertanya, "Gimana dia?"

"Lebih dari ekspektasi Sakha, Bah."

Sakha tak dapat menahan senyumnya lebih lama lagi. Fatma tiba lalu meletakkan segelas air di dekat Sakha. Mencolek lengan putranya, merasa gemas.

"Cerita sama Ummah coba. Seperti apa calon istrinya Mas Sakha," ujar Fatma melipat kedua tangannya dan menatap wajah Sakha dengan senyuman.

Bukannya menjawab, Sakha malah menutupi wajahnya kemudian menggeleng seperti anak kecil. Kedua orang tua itu sontak terkekeh geli melihat kelakuan Sakha yang sedang dimabuk cinta.

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang