BAGIAN 24 : USTADZ SAKHA

43.5K 7.6K 402
                                    

Jangan lupa vote kalau kalian suka sama part ini, ya 🌟

Harapan buat cerita ini?

Selamat membaca❤️

Ambil baiknya, buang buruknya, ya⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 24 : Ustadz Sakha____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 24 : Ustadz Sakha
____

Setelah puas jalan-jalan, Qia diajak untuk bertemu dengan temannya Sakha. Sekalian Sakha ingin memberikan informasi kepada teman-temannya tersebut agar mengikuti acara sore nanti.

"Di sini rumah temennya Mas?" tanya Qia menelisik ke sebuah rumah sederhana dengan halaman yang tidak terlalu luas.

Sakha mengangguk, raut wajahnya sangat menyakinkan seolah tahu betul mereka sudah sampai di tempat yang benar. "Iya."

"Assalamualaikum."

Baru juga akan melangkah, ada seorang wanita menyapa mereka. Qia menoleh ke arah perempuan dengan jilbab dan gamis biru tua yang baru saja datang itu.

"Wa'alaikumussalam," jawab Qia dan Sakha kompak.

Melihat wajah perempuan yang tak lagi asing itu, membuat Qia teringat akan sesuatu. "Eh, ini Mbaknya yang kemarin, kan? Kok bisa ada di sini?"

Raisa tersenyum. Tidak menjawab pertanyaan Qia dan malah memandangi Sakha. "Apa kabar Mas Sakha? Masih ingat sama saya, kan?"

Sakha mengangguk. Ia cukup mengenali suara yang masuk ke telinganya saat ini. "Alhamdulillah, baik, Ra. Masih. Udah selesai kuliahnya di Bandung?"

Pertanyaan dijawab dengan ramah, membuat perempuan itu bertambah senang dan antusias. "Alhamdulillah udah, Mas! Seneng banget bisa ketemu sama Mas Sakha lagi. Kalau Raisa pulang ke sini yang paling Raisa cari itu Mas. Mas kok betah banget di pesantren?"

Sakha sudah dapat menebak apa yang diinginkan Raisa. Karena tidak mau Qia cemburu, Sakha menjawab seadanya. "Belajar."

Qia hampir tertawa mendengar jawaban Sakha yang terkesan dingin itu. Namun, sepertinya Raisa tidak kehabisan topik dan terlihat biasa-biasa saja.

"Oh, ya, kemarin cumi masakannya Raisa enak gak, Mas?"

"Enak."

"Yang bener atuh, Mas? Kalau gitu, Raisa buatin lagi, ya?"

"Eh, gak usah. Saya udah ada yang masakin di rumah."

Raisa melirik kesal ke arah Qia yang berdiri di samping Sakha. Gadis itu nampak tak suka dengan balasan Sakha kali ini. Bagai memiliki hati sekuat baja, Raisa terobos saja.

"Ya, gapapa, Mas. Raisa, kan---"

Qia yang tak tahan dan tahu gelagat modus seperti ini, segera menyela, "Punten, Mbak. Ini kita mau ngobrol di sini terus sampai Maghrib, atau gimana? Soalnya saya sama suami saya lagi ada urusan."

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang