SPECIAL PART

113K 13K 4.5K
                                    

⚠️ PERHATIAN ⚠️

KHUSUS UNTUK SPECIAL PART DILARANG SPOILER/MEN-SCREENSHOT LALU DISEBARKAN.

KARENA PART INI SPESIAL BANGET, KAYAK KAMU💗

TOLONG YA, AKU YAKIN KALIAN ORANGNYA AMANAH HEHE😁❤️

Selamat membaca, semoga pesan baik dari cerita ini bisa tersampaikan :)

Astagfirullah, aku deg-degan.

***

Qia mengerutkan keningnya merasa sangat pusing ketika akan membuka kelopak matanya. Ia mengerjap beberapa kali, setelah itu ia mengedarkan pandangannya sekeliling.

Tempat ini sangat familiar. Mulai dari aromanya yang khas, baju yang digunakan Qia, serta sesuatu yang menempel di punggung tangannya. Belum lagi sosok wanita yang duduk di sebelah sambil mengusap kepalanya.

"Bunda ...." Qia berkata lirih, menatap heran keberadaan Naura.

"Alhamdullilah, kamu udah sadar. Bunda lega jadinya," ucap Naura tersenyum mengecup tangan Qia berulang kali. Hal itu membuat Qia mengerutkan keningnya bingung.

Gadis dengan infus di tangan juga selang oksigen di hidungnya itu memajukan bibir bawahnya. "Kenapa Qia bisa ada di rumah sakit?"

Naura memajukan kepala, memandangi wajah putrinya lekat-lekat. Wanita berjilbab itu mengangguk samar.

"Kamu habis kecelakaan."

"APA?!"

Kedua bola mata Qia spontan membulat praktis, serasa ingin lepas dari tempatnya. Bahkan tubuhnya ikut terdorong maju saking tidak percayanya ia dengan ucapan sang bunda.

Namun perlahan dirinya beringsut mundur. Beralih memejamkan mata sembari memegangi kepalanya yang langsung nyut-nyutan.

"Kok bisa?" gumamnya sambil meringis kesakitan. 

Dua kata itu terus mengambang di otak Qia. Dua kata yang membuatnya semakin pusing tujuh keliling. Naura yang tak tega melihat kondisi putrinya, segera menenangkan Qia.

Qia menggeleng lemah, masih belum yakin jika dirinya habis kecelakaan. Akan tetapi kassa di keningnya sudah menjelaskan semuanya. Qia telah bersiap mencecar Naura dengan suara pelan.

"Qia kecelakaan dimana, Bunda?"

Pikiran Qia mulai berkelana, mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Gadis itu terus menatap langit-langit kamar rawatnya.

"Perasaan ... tadi Qia udah ketemu sama Mas Sakha. Tapi tiba-tiba Mas Sakha meninggal."

"Kak Fardan dateng nemuin Qia. Habis itu Qia nunjukin hasil testpack positif. Terus Qia disuruh tidur. Qia bangun ketemu Mas Sakha lagi, tapi Mas Sakha udah bisa lihat."

"Setelah itu ...." Qia mengerem perkataannya, merasa ada sesuatu yang tak masuk akal. Ia seperti berhalusinasi, karena alur kejadiannya tidak jelas sama sekali.

Qia menoleh bingung ke arah bundanya, karena ia merasa semua hal yang terjadi padanya itu sangat nyata. Ia butuh penjelasan tentang kapan ia kecelakaan, dimana tempatnya, dan kapan.

"Kenapa kamu bisa mimpi Sakha meninggal?" Naura jelas terheran-heran.

"Emangnya enggak?"

"Astagfirullah ...." Naura refleks beristigfar, menepuk pelan mulut Qia yang berbicara seenaknya.

Setelahnya Qia hanya diam, mengembuskan napas penat. Tubuhnya masih sangat lemas. Dipaksa untuk berkata banyak hanya akan membuat tenaganya terus berkurang. 

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang