BAGIAN 13 : UNDANGAN PESTA

60.2K 8.9K 512
                                    

Balik lagi, yuhuu.

Jangan lupa vote, ya, ngingetin aja sih😂🙏🏻

Kalau bisa share ke temen-temen kalian juga, ya🤣😭

Terima kasih sebelumnya. Koreksi kalau ada yang salah, ya🙏🏻

Ambil baiknya, buang buruknya, ya⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Bagian 13 : Undangan Pesta___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 13 : Undangan Pesta
___

Qia dan Sakha malam ini tengah sibuk menyiapkan diri untuk menghadiri sebuah acara. Sekarang keduanya sedang memilih pakaian yang cocok untuk dikenakan nantinya.

"Mas!" panggil Qia. "Qia cocok pakai yang ini atau yang ini?"

Qia menunjukkan dua buah baju yang diambil dari dalam lemari pakaian dengan warna dan model yang berbeda kepada Sakha yang sedang berdiri tepat di sebelahnya. Laki-laki yang memakai kaos putih polos itu menghentikan tangannya yang sedang meraba di cantolan bajunya.

"Hm?" Sakha menautkan alis tebalnya.

Qia menarik kedua sudut bibirnya geregetan. "Qia bagusan pakai baju yang mana buat ke acaranya Pak Sahid?" ulangnya.

Sakha membuang napas, lalu geleng-geleng kepala, istrinya ini ada-ada saja. Mana bisa ia memberikan pendapat, padahal dia sendiri tak bisa melihat? Sakha pun tersenyum lembut, memiringkan badannya menghadap Qia.

"Buat Mas ... Dek Qia pakai baju apa aja bagus. Tetep cantik. Asalkan menutup aurat dan tidak membentuk lekuk tubuh."

Qia menutup wajahnya dengan dua baju yang ada di tangannya lalu tersipu malu. "Mas bisa aja!"

Sakha terkekeh geli kemudian kembali mencari-cari pakaian yang cocok untuk dikenakan di acara pesta pernikahan anak dari seorang manajer di perusahaan Rafka. Mereka berdua turut diundang, serta rencananya mereka akan berangkat bersama Rafka dan Naura.

Qia mendengus kecil. Ia akhirnya memilih sendiri warna yang lebih pantas untuk dikenakannya malam ini. Pilihannya jatuh pada gamis warna hitam dengan model rempel sederhana.

"Mas juga pakai stelan warna hitam aja, ya, biar serasi," ucap Qia mengambil jas warna hitam yang sama dengan miliknya dari gantungan baju yang berderet tak banyak di bagian lemari Sakha.

Bisa dihitung jika di masing-masing bagian lemari, entah milik Sakha ataupun Qia hanya setengah ruang saja yang terpakai. Keduanya memang memiliki kepribadian yang sama, tak ingin menyimpan banyak pakaian, takut hisabnya lama.

Kalau kata Qia sewaktu memberitahu Salsa saat akan memborong banyak barang, "Gak usah banyak-banyak belinya, entar lama ngantrinya."

"Ya udah. Mas ikut Dek Qia aja." Sakha tersenyum menerima setelan tuxedo yang Qia sodorkan padanya.

Feeling PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang