5. Surah Al-Mulk🌺

1.5K 235 0
                                    

Lantunan ayat ayat suci Al-Qur'an terdengar begitu merdu menyapa gendang telinga, membius setiap pendengarnya. membawa mereka kearus damai seperti indahnya angin laut saling menerpa dengan suara ombak dipantai.

Begitu indah, Surah yang menjelaskan tentang Kerajaan Allah SWT. Tidak ada yang dapat menandingi ciptaan-Nya. Dengan rincinya mendetailkan setiap rinci langit, bumi, dan seisi alam semesta yang begitu luas dan tak berujung.

Dapat disimpulkan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT. Jangankan Bumi dan seisinya bahkan isi hati manusiapun Allah mengetahuinya.

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah disetiap penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Surah Al-Mulk ayat 15/67.


Acara Manaqib telah selesai semua Jamaah berhamburan pulang. Ada pula beberapa santri senior yang memutuskan tinggal menghabiskan malam minggu mereka dengan tadarusan bersama.

"Assalamualaikum" sapa wanita paruh baya menghampiri segerombolan keluarga didepan panggung.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab mereka serempak.

"Teh Ayu" teriak Umi Rahma kemudian berhambur dipelukan Ustadzah Ayu kakal dari sahabatnya yang sudah meninggal yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.

"Sudah lama tidak bertemu, teteh kangen sama kamu Rah" ujar Ustadzah Ayu mengusap lembut punggung umi Rahma. Dapat dirasakan badan Umi Rahma bergetar menahan isak tangis.

"Maafkan Rahma Teh".

"Tidak ada yang perlu meminta maaf ataupun di maafkan. Semua sudah kehendak Tuhan Yang maha kuasa. Bukan begitu Umma?" Pandangannya beralih pada wanita lansia yang sedang tersenyum dikursi roda. Ustadzah Ayu mendekat dan berjongkok dihadapannya menciumi punggung tangan yang sudah berkeriput itu.

"Umma selalu mendoakan kebahagian untuk kalian" Ustadzah Ayu tersenyum mendengarnya walaupun tidak ada hubungan darah tapi Umma Maryam dan Abah Rahman mengganggapnya seperti keluarga.

Gus Achmed melihat interaksi mereka dengan haru, begitu damai melihat mereka saling peduli walau lama tidak berjumpa.

"Eeheem"

"Yusril dimana bude?" Tanya Gus Achmed basa basi agar suasana tak lagi haru.

"Perasaan baru ketemu sudah kangen aja kamu med" seru seseorang yang baru saja tiba. Yang tak lain adalah sahabatnya sedari masih dalam kandungan.

Gus Achmed memutar bola matanya malas, niatnya ingin mengubah suasana malah dirinya tertimpa sial bertemu orang super rese seperti Yusril.

"Gak usah gengsilah med, ingat! Kita pernah berbagi kamar bersama" kata Yusril mengundang gelak tawa.

"Kalian itu sama saja, gak ada bedanya dulu maupun sekarang" ujar Umi Rahma.

Yusril dan Achmed seperti Tom And Jerry bila dipersatukan, jika ingin melihat mereka damai hanya saat mereka tertidur saja selebihnya penuh dengan drama.

"Dia mi, bukan aku..." Ucap mereka bersamaan.

"Ikut ikut" Achmed

"Situ kali" Yusril menjulurkan lidahnya mengejek.

Lihatlah. Bahkan mereka sempat sempatnya berdebat hanya karena masalah sepele. Yang satu lagi suka bergara, yang satu lagi gak mau kalah. Umur hanyalah hiasan untuk mereka berdua.

***

Sepulang acara Manaqib tadi semua nampak sangat kelelahan. Rumah besar itu terlihat sangat sepi semua lampu kamar sudah redup menyisakan kamar pasutri yang nampak seperti pengantin baru.

"Ba" panggil Zulaikha pelan agar tidak menggangu suaminya.

"Iya sayang" jawab gus Achmed yang nampak sangat fokus dengan laptop dihadapannya.

Zulaikha melirik suaminya, ia takut jika pertanyaannya menyinggung hati suaminya. Namun jika tidak ditanya maka penyakit keponya ini tak kunjung sembuh.

"Ada apa sayang?"

"Hmmm,, ittuu.."

"Apa sayang?"

"Anu.... " Ucap Zulaikha setengah-setengah membuat gus Achmed gemas sendiri. Istrinya ini masih saja malu malu.

"Anu apa sayang? Hmm,, jangan bikin mas gemes terus terkam kamu yah" ucap gus Achmed membuat Zulaikha panik.

"Ke-kenapa tadi baba bacanya surah Al-Mulk? Bu-bukannya tadi siang baba bilang surah An-nisa yah!" Gus Achmed menghentikan aktifitasnya kemudian menatap istrinya yang nampak menunggu jawaban darinya.

Gus Achmed menghembus nafasnya kasar, entah karena lelah atau karena pertanyaan Zulaikha. Gus Achmed beranjak mendekati ranjang kemudian membawa Zulaikha dan dekapannya.

Gus Achmed menyerang Zulaikha dengan ciuman bertubi-tubi diwajahnya. Zulaikha yang mendapat serangan dadakan itu hanya pasrah. Memberontak pun percuma tenaganya tak sebanding dengan tenaga suaminya.

"Ihhh, jawab dulu" Rengek Zulaikha dengan mata berkaca-kaca.

"Karena pengen sayang" balas gus Achmed dengan suara serak. Kepalanya disandarkan pada leher istrinya menghirup aroma tubuh Zulaikha dengan rakus.

Zulaikha memandangi suaminya, melihat pada bayangan mata suaminya yang tajam dan penuh gairah itu.

"Boleh yah sayang". Zulaikha mengangguk lemah tak tega melihat suaminya yang beberapa hari ini berpuasa karena dirinya.

Gus Achmed menyunggingkan senyum kemenangan. Diciumnya kedua mata istrinya , bergantian kehidung yang mungil beralih kepipi istrinya yang lembut dan terdapat lesung pipi yang membuatnya nampak sangat manis jika tersenyum. Terakhir sentuhan dibibir mungil itu yang membuatnya candu, bibir tipis dengan warna pink kemerahan.

Zulaikha hanyut dalam setiap cumbuan yang diberikan gus Achmed. Membuatnya tergelitik geli sensasinya membuat sekujur badan panas, kupu kupu seakan berterbangan diperutnya.

Tangan panjang gus Achmed bergerak mematikan saklar lampu dekat dipan, menyisakan lampu tidur diatas nakas memberikan mereka pencahayaan.

Mereka berdua terlena dengan suasana, ritualpun dimulai. Dimana sepasang suami istri yang sudah halal dan sah Agama maupun negara apabila mengerjakan mendapat pahala dan menggugurkan dosa.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang