43. 🌷

2.2K 393 239
                                    

Karan membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pening. Penampilannya sangat acak-acakan ruangan kerjanya sudah tak berbentuk lagi, kaleng Bir berserakan dilantai. Kecemburuannya terhadap Achmed membuatnya hilang akal, padahal beberapa waktu lalu dirinya bersumpah tidak akan menyentuh barang haram itu lagi demi Alesya, tapi kecemburuannya sudah melewati ubun-ubun kepalanya.

"Uhgghh,,," lirih Karan sambil memegangi kepalanya, dirinya berjalan menuju nakas untuk mengambil obat pereda mabuk. Saat Karan hendak mengambil gelas untuk menuangkan air, tapi gelas kaca yang berada diruangan itu sudah ia pecahkan semalam tak ada satupun yang tersisa selain pecahan gelas saja.

Dengan langkah sempoyongan Karan berjalan kearah dispenser, diangkatnya galon 19 liter itu tanpa pikir panjang Karan langsung mengguyur seluruh badannya dengan air galon.

"KARAN" bentak seseorang dari arah pintu.

Membuat Karan menoleh kesumber suara yang tak lain adalah Ayahnya sendiri, Vijay Ar-Rasyid. Karan memutar bola matanya malas, Karan menghitung mundur 3 2 1....

"Anak gak tahu diri, Ayah kasih kamu fasilitas dikantor ini bukan untuk dirusak! Bisa-bisanya dalam sebulan kau merusak ruangan ini,,, Karan,, Karan" keluh seorang Ayah yang lelah menghadapi sifat anak semata wayangnya.

"Kan bisa diperbaiki lagi, yah"

"Kamu pikir uang tinggal petik"

"Gunanya blackcard itu apa yah? Kalau gak digunain! Katanya pusing habisin duit, dibantu habisin ngeluh dasar manusia" cibir Karan langsung mendapat lemparan map.

"Awww,, sakit yah"

"Sokat sakit, itu berkas yang kamu minta. Ayah rugi 100 jt yah demi berkas itu, awas saja kamu berani rusakin kantor ini lagi,,, siap siap angkat kaki" ancam Ayah Karan kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Karan berjalan kearah kursi kebanggaannya, dibukanya map itu dengan matanya yang tajam Karan membaca setiap berkas itu teliti.

Brak

Tanpa menunggu lama lagi, Karan langsung pergi menuju tempat yang sudah lama menjadi tempat sasarannya.

****

Ustadzah Ayu sedang sibuk menyirami bunga kesayangannya yang selalu ia rawat. Sudah hampir 2 minggu lebih bunga itu ia rawat sendiri biasanya selalu ada Alesya yang membantunya merawat bunga ini.

"Alesya,, Alesya,,, sudah hampir dua mingguan dia gak pulang. Kata achmed masih dijakarta, tapi kok aku kurang yakin yah" gumam Ustadzah Ayu.

"Ustadzah, Putri dari kelas A hari ini gak masuk lagi" Kata Bu Mutia.

"Ya Allah, apa tidak ada kabar dari ibunya?"

"Tidak ada Ustadzah,,,"

"Ya sudah makasih yah Bu, Bu Mutia tidak masalahkan menggantikan Alesya sementara"

"Bisa Ustadzah, Insyaallah semua baik-baik saja lagian ada Riska yang bantu,,,"

Ustadzah Ayu tersenyum menanggapi Bu mutia, setelah itu Bu Mutia pamit meninggalkan Ustadzah Ayu sendirian. Entah kenapa perasaan Ustadzah Ayu tidak tenang, sedaritadi dirinya kepikiran untuk pulang terus akhirnya Ustadzah Ayu memutuskan untuk balik ke rumahnya.

Dalam perjalanan pulang, Ustadzah Ayu dikejutkan dengan keberadaan Gus Achmed, Zulaikha dan juga Aida.

"Assalamualaikum Bude" sapa Zulaikha.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, loh baru pulang?" Tanya Ustadzah Ayu.

"Iya bude ini kita baru pulang"

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang