49. Dia kembali? 🥀

3.1K 464 277
                                    

5 bulan kemudian,,,

Dimana semua pertempuran secara diam ini akan berakhir disebuah pengadilan negeri ini, dimana letak keadilan bagi mereka yang sudah tiada. Semua rahasia akan terbongkar disini! Ditempat ini dengan berbagai saksi yang telah hadir untuk menjadi saksi atas kejahatan yang telah dilakukan sebagi tersangka.

Aida, seorang gadis muda yang berani bertarung mencari keadilan untuk sahabatnya yang telah lama meninggalkannya. Bukti? Entahlah Aida memiliki keberanian dari mana untuk mengusut kasus ini tanpa ada bukti kuat, bodoh! Nekad! Yah itulah Aida.

Tapi Aida yakin pasti akan ada pertolongan datang padanya.

"AIDA! Apa-apaan kamu? Bisa bisanya kamu melaporkan mertua kakakmu sendiri ke pengadilan? Pembunuhan apa yang telah kita lakukan? Dasar wanita sinting,,," maki Umi Badriah yang tidak terima dilaporkan oleh Aida atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

Aida hanya diam saja, yah Aida tau bahwa dirinya sinting bahkan orang tuanya sama sekali tak mendukungnya. Kecuali Tiara, seorang wanita yang berani berdiri menjadi saksi Aida bersama suaminya Ustdadz Yusril ah jangan lupakan Ustadzah Ayu juga berada di belakang Aida untuk membantu gadis itu.

Kasih datang membawa beberapa berkas yang ia dapatkan di meja kerja Karan, yah setidaknya mereka memiliki sedikit bukti.

"Alesya?" Tanya Aida kepada Kasih.

Kasih menggelengkan kepalanya, Karan dan juga Alesya seperti ditelan oleh bumi. Hawa keberadaan mereka seakan sudah tak ada lagi di dunia ini? Keluarga Karan pun sudah mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencari keberadaan anak semata wayang mereka namun hasilnya sama saja tak ada yang dapat menemukan mereka.

Aida menghelakan nafasnya panjang, setelah kasus ini selesai Aida akan mencari Alesya, Aida sudah berjanji tidak akan kehilangan seorang sahabatnya lagi.

"Dia bukan wanita lemah, aku yakin dimanapun dia berada sekarang, dia pasti baik-baik saja hahahhaa,,, yah walaupun mungkin dia kehilangan ingatan,," lirih Tiara.

"Benar apa yang diucapkan oleh Mbak Tiara, kak" sahut Ajeng yang baru saja tiba bersama Gus Adhan dan juga Putri.

"Semangat, ada Abang disini" ucap Gus Adhan sambil mengelus puncuk kepala Aida.

Aida tersenyum lega setidaknya masih ada orang yang mau membantu dan menyemangati dirinya.

Semua para saksi berdiri saat melihat Ketua Hakim masuk ke persidangan. Suasana menjadi hening saat Hakim ketua duduk dikursi kebanggaannya.

"Sidang dinyatakan terbuka" ucap ketua Hakim sambil mengetok palu dihadapannya.

"Burhan Hababba sebagai terdakwa dipersilahkan maju kedepan"

Abah Burhan maju kedepan tanpa ada rasa ragu, tangannya masih ditopang menggunakan gif akibat cederanya yang belum sembuh total.

"Apakah Anda mendapatkan salinan dakwaan?"

"Iya" jawab Abah Burhan.

"Apakah Anda dalam keadaan sehat?"

"Saya sehat hanya tubuh saya saja yang tidak sehat" jawab Abah Burhan diangguki.

Setelah beberapa lama akhirnya tibalah dimana pembacaan  surat dakwaan.

"Burhan Hababba, terdakwa dilaporkan atas kasus pembunuhan berencana terhadap adik kandungnya yakni Reyhaneh Hababba berserta keluarganya."

"Apakah ini benar?"

Abah Burhan tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya.

"Maaf saya menyela"

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang