45. Hancur🌷

2.7K 368 210
                                    

Alesya berdiri disebuah kamar inap nomor 2B dimana Ajeng adiknya dirawat. Alesya hanya diam berdiri bajunya basah kuyup akibat terkena hujan saat dalam perjalanan kemari bahkan sendal yang ia gunakan putus, telapak kakinya terluka akibat kerikil kecil yang menusuk kakinya hingga berdarah.

Semua perawat hanya diam memandangi Alesya mereka sama sekali tak berani menegur Alesya karena mereka menyangka bahwa Alesya adalah seorang teroris. Hingga seorang satpam hendak menarik Alesya, namun sebelum tangan itu menyentuh badannya Alesya menepis kuat tangan satpam itu hingga merintih kesakitan.

Kasih yang mendengar kegaduhan diluar kamar inap berinisiatif untuk membukanya, namun Karan mencegah dan Karanlah yang membuka pintu itu. Betapa kagetnya Karan saat melihat Alesya tengah berdiri tegap di depan kamar itu, tatapan mereka bertemu. Dapat Karan lihat dari mata Alesya bahwa wanita ini begitu kelelahan kantung mata wanita itu menggambarkan dengan jelas betapa frustasinya wanita ini.

"Aca,,,"

"Minggir" ucap Alesya penuh penekanan pada Karan.

"Ca, aku,,"

Bugh

Satu bogeman kecil Alesya layangkan ke perut Karan hingga Karan terpojok didinding kamar. Tangan Alesya terkepal dirinya sedang dalam puncak emosi yang tidak bisa diredamkan.

Alesya seperti ditulikan oleh sesuatu, bapak dan ibu yang berusah menenangkan Alesya namun dengan acuhnya Alesya mengabaikan mereka. Alesya menyentuh pipi adiknya yang masih belum sadarkan diri itu, air matanya menetes tepat mengenai tangan Ajeng yang terinfus.

"Ajeng gak perlu khawatir, mbak akan membalas semua perbuatan orang yang telah menyakitimu." Ucap Alesya.

Alesya mengarahkan tangan Ajeng keatas kepala Alesya, " ini sumpah mbak, sumpah seorang kakak perempuan yang akan membunuh pelaku yang telah menyakiti adiknya"

Semua yang ada dalam ruangan itu terkejut.

"Nduk, jaga ucapanmu nduk. Gak baik seorang wanita mengucapkan janji seperti itu, istighfar nduk"

"Iy sya, benar kata ibumu. Wanita yang sedang hamil tidak boleh mengucapkan sumpah seperti itu" sahut Kasih dengan wajah paniknya.

Bapak yang melihat gelagat Alesyapun memeluk putri angkatnya itu. Di usapnya lembut puncuk kepala Alesya dengan sayang, Alesyapun tersadar dari rasa emosi yang telah menelannya.

"Bapak,,," lirih Alesya.

Bapak tersenyum lembut, "kau sudah mendapatkan kembali ingatanmu yah nduk, Alhamdulillah" lirih Bapak dengan linangan air mata Alesya dapat mendengar dengan jelas ucapan bapak.

***

Alesya masih setia menunggu Ajeng selama dua hari ini Alesya hanya duduk memegangi tangan Ajeng sambil sesekali membacakan sholawat dan Al-Qur'an ditemani Kasih dan juga ibu sedangkan bapak dan juga Gus Adhan ikut dengan Karan untuk mengusut kasus ini.

"Sya, makan dulu yuk" ajak Ibu, Alesya hanya menggeleng sambil terus memandangi Ajeng.

"Bagaimana ini , Sih! anak ibu gak mau makan. Ya Allah betapa malangnya nasib anakku" lirih Ibu.

Bagaimana tidak anak bungsunya mendapatkan ujian berat seperti ini, sedangkan anak pertamanya harus mendapatkan ujian bertubi-tubi setelah ditalak suaminya ternyata anaknya mengandung dan sekarang sedang hamil muda.

"Ujian apalagi ini Ya Allah, Alesya sedari kecil selalu mendapatkan ujian yang berat seperti ini,,," ibu tak kuasa menahan derai air matanya lagi, air matanya tumpah begitu saja. Kasih dengan senang hati memeluk ibu memberikan kekuatan, yah jika diposisi seorang Alesya memang sangat berat Kasih saja tak mampu menanggung beban seberat itu.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang