46. Kemarahan Alesya 🌷

2.9K 425 315
                                    

WARNING!!!
AKSI (18+)
AKSI DALAM PART INI MENGANDUNG KEKERASAN FISIK. BAGI ADIK-ADIK YANG MASIH DIBAWAH UMUR TOLONG KEBIJAKSANAANNYA YAH 🙏

Alesya terduduk lemas diantara dua gundukan tanah yang bertaburan bunga diatasnya, ada sebuah patokan kayu bertuliskan nama Bapak Sucipto dan Ibu Jayanti.

Tatapan Alesya kosong, bahkan air matanya tak bisa menetes lagi. Dadanya sesak begitu sesak sampai dirinya merasa pasokan udara ditempatnya duduk itu berkurang.

"Om, nanti kalau aku lahiran siapa yah yang adzanin anak aku?" Tanya Alesya membuat Karan bingung.

"Akulah" jawab Karan mantap.

"Iiihh, gak mau kan om bukan suami aku" ucap Alesya dengan pandangan menunduk.

Karan mendengus tak suka, "lah terus? Aku mau halalin kamu sekarang? Hah? Ngomong aja, besok kita nikah"

"Hahahahahaha,,," Alesya tergelak dengan jawaban Karan, aneh sekali memangnya segampang itu mengajak orang menikah kayak ngajak beli eskrim.

"Kok ketawa sih, gue serius loh ini Ca"

Alesya bangkit dari duduknya, "yuk om, sudah malam nih kasihan bapak sama ibu didalam" ajak Alesya. Karan ikut bangkit dan memimpin jalan didepan, yah karena Alesya tak ingin berjalan mendahului Karan.

Karan maupun Alesya kaget saat melihat kamar inap Ajeng dipenuhi oleh perawat dan juga ada garis polisi didepan.

"Ada apa ini?" Tanya Karan pada salah satu polisi

"Kasus pembunuhan,,"

Degh,

Karan langsung menyusul Alesya yang telah mendahuluinya masuk. Alesya sudah terduduk lemas saat melihat darah segar berceceran dilantai kamar itu, peristiwa ini membuatnya teringat akan traumanya dulu.

Alesya membuka kain yang menutupi wajah bapaknya dengan tangan bergetar,,,

"Pak,," lirih Alesya sambil menepuk dada Bapak.

"Bangun pak,, bapak jangan ngeprank Aca dong pak"

Alesya beralih pada ibu yang sudah terbaring kaku, "buk, bangun buk,,, jangan tinggalkan Aca sendirian, lalu Ajeng bagaimana buk? Dia belum tahu apa-apa buk,, hiks hiks,,,"

"Pak, katanya bapak mau tengok cucu bapak kalau lahir nanti. Pak ayok bangun pak, demi cucumu pak"

"DOKTER, DOKTER" Teriak Alesya memohon pertolongan.

"Selamatkan orang tua saya dok, saya mohon dok berapapun akan saya bayar dok. Yang penting orang tua saya selamat dok,,"

"Sya" Karan mencoba menenangkan Alesya yang lepas kendali.

"Ikhlaskan bapak dan ibu sya" lirih Karan.

"Sya,,," lirih Kasih sambil mengelus pundak Alesya yang rapuh itu.

Alesya menoleh kearah Kasih, matanya bengkak karena semalaman dirinya menangis tak henti-hentinya. Kasih menunjuk seseorang yang duduk dikursi roda sambil menatap Alesya sendu.

"Ajeng,,," lirih Alesya

Ajeng tersenyum simpul kepada Alesya, lihatlah saat dirinya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja Ajeng berusaha untuk menyemangati Alesya. Yah bagi Ajeng yang sekarang butuh kekuatan adalah Alesya, ini sudah takdirnya walaupun belum seutuhnya Ajeng menerima takdir dirinya tapi sebisa mungkin dirinya tegar menghadapi cobaan ini.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang