44. 🌷

1.9K 315 119
                                    

22.42 Pm

Ajeng baru saja menyelesaikan kerja paruh waktunya, ia pulang lebih larut dari biasanya yah walaupun sudah disuruh pulang terlebih dahulu Ajeng memilih menetap lebih lama karena memang keadaan Cafe sedang sangat ramai pada hari ini.

Jalanan disekitarnya mulai nampak sepi, yah cukup menyesal dengan keputusannya yang ingin pulang sendirian. Padahal jikalau mau pasti Roni akan mengantarkannya sampai ketempat kostnya.

Saat sudah mau sampai diperempatan masuk ke lorong kostnya berada, Ajeng merasakan ada seseorang yang membuntutinya dari arah belakang. Ajeng mulai mempercepat langkah kakinya namun bukannya rasa takutnya berkurang, rasa takut itu semakin besar saat dengan jelas Ajeng mendengar suara derap sepatu yang semakin jelas dibelakangnya.

Ajeng berlari, saat hendak berteriak mulutnya dibekam. Pandangan Ajeng mengabur, dirinya seperti sudah tak memiliki tenaga lagi untuk memberontak atau apapun itu.

~~~~

Karan melajukan mobilnya disebuah bengkel terbengkalai yang sudah tak digunakan itu, semalaman ia mendapatkan laporan untuk menyelidiki kasus pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi. Pelaku diduga ada 3 orang, gadis itu ditemukan warga dalam keadaan tak berbusana bahkan kemaluannya robek dan beberapa luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya.

"Lapor pak, sepertinya ini memang sudah direncanakan tak ada tanda-tanda ataupun sidik jari yang kita temukan ditempat ini" lapor salah satu polisi yang ditugaskan bersama dengan Karan.

Karan membuang punting rokoknya kesembarang arah, tangannya terkepal hebat. Matanya menelisik tajam setiap sudut bengkel itu, bukti yang tertinggal sekarang hanya sobekan baju milik gadis korban pemerkosaan itu yang sudah dilarikan kerumah sakit.

"Cari sampai dapat jangan ada sedikitpun yang kalian lewati" perintah Karan.

Karan melajukan mobilnya untuk menuju rumah sakit dimana tempat gadis itu berada, saat sudah sampai disebuah kamar inap. Kamar itu nampak sangat ramai dan tanpa diduga ternyata ada Gus Adhan disana.

"Adhan"

"Bang,,," lirih Adhan dengan wajah pucat pasi.

"Ada apa? Apa kau mengenal korban?" Tanya Karan.

Gus Adhan menganggukkan kepalanya nampak dari wajahnya terlihat sangat khawatir dan ketakutan,

"Tenangkan dirimu, Permisi, bisa minta tolong bawakan air"

Salah satu perawat rumah sakit itupun menyerahkan segelas air mineral pada Karan, Karan menyerahkannya pada Gus Adhan, Gus Adhan langsung menegak habis Air itu hingga tandas tak tersisa.

"Ajeng" lirih Gus Adhan disertai derai air mata.

"Ajeng? Maksud kamu Ajeng adiknya Alesya?" Tanya Karan memastikan, Gus Adhan menatap Karan singkat kemudian mengangguk kemudian.

Karan terduduk lemas saat mengetahui korban tersebut ternyata adalah adik Alesya.

"Alesya mengetahuinya?"

Gus Adhan menggeleng lemah, dirinya sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berbicara.

"Bagus, untuk saat ini jangan beri tahu Alesya."

"Aku takut bang, seandainya malam itu aku cepat menjemputnya dia tak mungkin mengalami hal ini,,," lirih Gus Adhan dengan nada bergetar.

Karan memeluk Gus Adhan untuk memberikan kekuatan kepadanya, "lo harus kuat, Ajeng pasti baik-baik saja."

"Tapi bang,,,"

"Sstt,, denger gue. Lebih baik lu hubungi keluarganya dikampung, dan jangan beritahukan Alesya tentang ini karena dia lagi,,," ucapan Karan tergantung.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang