4. Acara Manaqib

1.7K 248 1
                                    


Seorang gadis bercadar terlihat sangat khusyuk memegang ponsel digenggamannya. Sesekali tertawa dan sedih, mulutnya tak henti henti mengucapkan Masya Allah, Astaghfirullah secara bergantian. Aplikasi berlogo W berwarna oren itu mengalihkan dunianya, seakan dirinya ikut masuk kedalam cerita penulis. Getaran rasa sakit, senang, sedih menyatu menjadi satu itulah perasaan.

Selepas sholat Maghrib dirinya memutuskan untuk duduk santai diteras rumah bersama keluarganya. Gorengan tempe mendoan yang masih hangat ditambah teh manis anget sangat cocok dengan kondisi cuaca yang dingin.

"Ini hari apa buk?" Tanya bapak

"Hari sabtu pak" jawab ibu.

"Owalah bapak lupa, habis sholat isya nanti ada acara Manaqib" jelas bapak, Alesya yang mendengar itu menepuk jidatnya.

"Astaghfirullah, sampe lupa"
"Lupa kenapa neng?"
"Buk Ustadzah tadi bilang wajib datang, karena ada anak Almarhum pak Kyai yang tinggal di Jakarta ikut hadir. Ya Allah, untung bapak ingetin" jelas Alesya.

"Wah boleh tuh mbak" ujar Ajeng semangat.

"Boleh kenapa dek" tanya Alesya bingung.

"Mbak bilangkan mau cari sugar daddy, nah kebetulan anak pak Kyai mau dateng ya sudah siapa tau bakal cari Istri lagikan" ujar Ajeng tanpa raut wajah berdosa. Alesya menganga lebar saat mendengar penuturan adiknya. Apa dia bilang mencari istri lagi! Oh Tuhan, kembalikan kewarasan adik Hamba pikir Alesya sambil mengelus dadanya.

Ibu dan bapak tertawa melihat tingkah lucu Ajeng.
" Anak pak Kyai itu perempuan nduk" ujar bapak sedangkan Ajeng salah tingkah dengan kata katanya yang ambigu, niatnya menggoda kakanya kenapa malah dirinya yang salah tingkah.

"Ibu juga denger, katanya penerusan pesantren akan diserahkan sama cucunya".

"Iya buk, maka dari itu Ustadzah Ayu nyuruh Alesya ikut hadir supaya bisa tau. Biar nanti pas ada rapat atau urusan penting, bisa langsung gercep. Aduh gimana yah jelasinnya pokoknya begitulah buk, pak" jelas Alesya yang kebingungan dengan kosa kata yang berlibet diotaknya.

Serempak mereka semua tertawa melihat Alesya yang kebingungan memilih kosa katanya. Alesya yang memandangi mereka tersenyum, sungguh tidak ada yang paling indah di dunia ini kecuali senyum kedua orang tuanya.

Ting! Getaran ponsel Alesya mengalihkan pandangannya ke ponsel. Seketika senyumnya luntur saat melihat notifikasi masuk, Alesya mengkliknya

Mutiara imitasi🐸

adem adem gini enaknya ngebakso kuy😘

Gak bisa. Hari ini ada acara Manaqib

Aelah, kagak asik lu 😑

Dari pada nganggur mending ikut. Kerjaannya pacaran mulu ama bakwan kan kamu😪

Mendung nih ca, nanti kehujanan dijalan.

Alesya mengernyitkan keningnya. Perasaan tadi ngajak makan bakso dah kenapa sekarang alasan hujan segala. Wah gak beres nih, pasti kesurupan jin ifrit nih dugong.

Alesya menekan tombol yang berbentuk telepon. Selang beberapa detik akhirnya diangkat juga.

"Perutku mendadak sakit nih ca, suer gak boong"

"Halah, alasan ajak kamu ti"

"Lah beneran ca, denger nih. Pret,, prett,, prett" tiara menirukan suara kentut.

"Hahahahhaha, ohh saya tidak akan tertipu ferguso" cukup lama berteman membuat Alesya paham dengan tingkah dan trik trik konyol tiara.

"Mendung ca, mendung"

" Hujan badai, angin ribut, halilintar. Bukan halangan.." Alesya bernyanyi menirukan suara yang sedang nge-trend di apk tok tok.

"Uuaasseem tenan (asem sekali), kalah telak gue. Ya udah yok com kita cabut. Tapi ada syaratnya.."

"Apalagi sih, dugong?" Alesya geram sekali dengan dengan tiara yang mengajukan syarat padahal dirinya ini mengajak temannya kejalan yang benar malah pake syarat segala.

"Harus ada cowok gantengnya" ujar tiara dengan tawa menggelegar.

"Ck, buruan siap siap. Nanti aku tunggu disana awas aja sampe gak datang" ancam Alesya kemudian mematikan sambungan telepon sepihak.

***

Suara riuh jama'ah memenuhi gedung utama pesantren Al-Azhar yang sangat luas dan besar itu.
Acara Manaqib telah dimulai, semua santri dan jamaah yang hadir sangat khusyuk mendengarkan kajian kajian yang diberikan para Ustadz, sesekali mereka bersholawat.

Acara yang ditunggu-tunggu yakni pengenalan pengurus pesantren baru. semua mata tertuju pada pria yang berjalan didepan begitu gagah dengan gamis putih dan sorban melingkar dikepalanya.

Wajah yang rupawan nan tegas itu membuat seisi gedung berucap "Masya Allah" tatapannya yang tajam namun teduh saat dipandang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" pria itu duduk didepan para Ustadz, dengan sebuah mic ditangannya.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"seru para Jamaah.

Degh,,

Seakan jantungnya berhenti berdetak saat tatapan mereka bertemu, Alesya memegang dadanya yang nyeri seperti tersengat listrik. Hanya sepersekian detik namun waktu berjalan dengan lambat saat pria itu menatap Alesya dengan raut wajah terkejut.

Tes

Satu buliran air mata lolos begitu saja membasahi pipi Alesya yang nampak sangat familiar dengan wajah pria itu, seakan wajah itu yang begitu sangat dirindukannya.

"Ya habibah"

_________________________________________

Terima kasih banyak untuk semua yang sudah mampir membaca, dan maafkan mimin yang terlambat up🙏.

Semoga ceritanya tidak membosankan yah, dan dukung terus mimin dengan vote.

Terima kasih mincu, happg reading 🌺

Kira-kira di part selanjutnya bakal ada kejutan apa yah?

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang