41. teror 🌷

2.4K 356 189
                                    

Zulaikha meringkuk didalam selimut tebalnya, badannya masih bergetar kala ia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Mental serta jiwanya benar-benar terguncang dengan adanya gamis putih yang sangat tak asing dimatanya.

"Dia masih hidup"

"Dia masih hidup"

"Dia masih hidup"

Gumaman Zulaikha membuat Gus Achmed bingung harus berbuat apa untuk menenangkan istrinya. Berbagai cara telah Gus Achmed lakukan, bahkan Gus Achmed langsung menyuruh seorang detektif terkenal untuk mencari tahu siapa dalang dibalik semua ini.

"Sayang, makan dulu yuk" bujuk Gus Achmed kepada Zulaikha yang hanya bengong saja.

"Aku mau pulang,,," lirih Zulaikha.

"Pulang? Sayang mau pulang kepondok??"

"Aku mau bertemu dengan Abah,,, bawa aku kesana" ucap Zulaikha dengan peluh yang terus membasahi keningnya.

"Ngapain kesana sayang?"

"AKU MAU KETEMU ABAH,,,"

"oke oke, gak sekarang tapi besok yah sayang"

"Aku mau ketemu Abah" tangis Zulaikha

"Ssshhh,,, istighfar sayang istighfar besok kita kerumah Abah. Sekarang bobo aja yah".

"Temenin"

"Iya iya,, baba disini."

Akhirnya Zulaikha menyenderkan kepalanya didada bidang milik suaminya. Gus Achmed terus memikirkan siapa yang berani meneror istrinya dengan cara licik seperti itu. Dan apa maksud dari isi pesan didalam kertas itu?!

Ting

Jendral Ikhsan
Pelaku telah memblokir jalur pengiriman, bahkan semua akses yang digunakan pelaku adalah identitas palsu.

Gus Achmed meremas ponselnya, tangannya terkepal hebat saat mendapati pesan dari Ikhsan.

"Aku yakin ini semua sudah direncanakan dari awal,,," tebak Gus Achmed.

****

Alesya bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan bekal yang akan dibawa oleh Ajeng dan Gus Adhan.

"Bu guru" panggil gadis kecil yang tak lain adalah putri.

"Iya sayang,,, ada apa hmm? Putri mau susu?"

"Hmmm, nggak. Putri mau gendong" ucap gadis itu sambil merentangkan tangannya agar permintaannya dikabulkan oleh Alesya.

Alesya langsung membawa Putri dalam gendongannya, tiba-tiba Alesya teringat akan sesuatu dimana dirinya sering digendong oleh Gus Achmed seperti ini. Ah! Rasanya dirinya masih tak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh Gus Achmed padanya. Bahkan Gus Achmed sama sekali tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

*Apakah diriku ini hanya ada untuk memberikan kalian anak, setelah keinginan kalian sudah terpenuhi kalian dengan seenaknya membuangku. Demi Allah Gus, aku akan menemukan kebahagiaanku kelak,,, dan suatu saat semua rasa sakit ini akan terbayarkan*

"Bu guru,,,"

"Bu guru" sentak putri saat melihat Alesya melamun dan tak menggubris ucapannya.

"E-eh,, iya sayang" sahut Alesya gelapan.

Putri memanyunkan bibirnya, "aku bilang, aku mau panggil bu guru UMI" teriak gadis kecil itu membuat gendang telinga Alesya berdengung.

"Umi??"

"Iya! umi!" ucap Putri dengan mata mengerjap lucu. Alesya tak kuasa menahan rasa gemasnya ingin mencubit hidung kecil Putri.

"Boleh,, Alesya Uminya aku abinya,," ucap seseorang membuat Alesya dan putri menoleh ke arah Karan yang tengah memakan buah Apel sambil bersandar pada dinding dapur.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang