13. Kedatangannya 🌺

1.4K 229 28
                                    

Keesokan harinya,,,,

Alesya tengah menyiapkan makanan sedangkan Ajeng sudah berangkat sedari tadi karena harus mengikuti tes masuk universitas.

"Pak, buk ayok makan dulu" panggil Alesya.

"Iya nak" sahut ibu.

Alesya menata piring dan juga gelas di atas meja, hari ini dirinya sedang free dikarenakan tanggal merah. Mungkin siang nanti dirinya harus pergi ke rumah ustadzah Ayu untuk membantu menyiapkan kue di sana.

"Hmmm, wangi banget nduk kamu masak apa ini? Kok gak manggil ibuk?"

"Soalnya caca gak mau gangguin, bapak sama ibuk yang lagi kasmaran" gurau Alesya.

"Halah ibuk mu ini apa bisa di ajak romantisan, dikit dikit molor terus kerjaannya" sahut bapak.

"Ingat umur pak, sudah berumur kita ini sudah gak pantes lagi mau romacis kayak anak muda..." Celetuk Ibuk.

"Tuhkan liat ibukmu, bilang romantis saja gak bisa".

Alesya tertawa renyah melihat perdebatan singkat bapak dan ibuk. Lihatlah dengan begini saja sudah membuat hati Alesya senang, senyum mereka mampu membuat Alesya melupakan kegelisahannya. keluarganya bisa makan saja Alhamdulillah, Apalagi sekarang Alesya sudah membuka orderan kue, jadi bisa membantu keuangan mereka.

Selesai makan Alesya sedang bersiap-siap untuk kerumah Ustadzah Ayu, namun saat dirinya hendak keluar kamar Alesya mendengar suara kegaduhan dari ruang tengah. Terdengar samar namun dapat Alesya tebak itu adalah suara bapak dan yang satu lagi entahlah.

"Pokoknya saya gak mau tau, kamu harus cepat melunasi semua utang kamu kepada saya. Yah kalau situ gak mampu lunasin,, Alesya putri sulungmu harus mau menikah dengan saya,,"

"S-saya mohon pak berikan saya waktu,, saya janji bakal lunasin secepat mungkin,,,"

Brak,,

Dengan kasarnya Pak Katno mendorong tubuh bapak hingga punggungnya terbentur di meja.

"Paaakkk" teriak Ibuk histeris.

"HALAH!! KAMU INI BANYAK BACOT CIP, DARI DULU BILANGNYA BEGITU NYATANYA APA SAMPAI SEKARANG GAK DI LUNASIN,,," Bentak Pak Katno dengan suara meninggi.

"Jadi kamu menyerah saja lah cipto, cipto, biar Alesya itu jadi istri saya,,, toh lumayan utangmu lunas saya juga bakal kasih kamu tanah saya untuk kamu garap,,," sambung Pak Katno dengan berkacak pinggang sambil menunjukkan batu aki yang ukurannya lumayan besar di setiap jarinya.

Bapak bersimpuh di kaki Pak Katno memohon belas kasihan. "Ss,,saya,,,,"

"BAPAK" Teriak Alesya saat melihat bapak yang bersimpuh di kaki Pak Katno.

"Bapak ngapain sih? Bangun pak" ucap Alesya berusaha membangunkan badan bapak namun bapak seakan bersikukuh untuk tetap mempertahankan posisinya sampai Pak Katno memberikan keringanan.

"Apa yang Pak Katno harapkan dari saya? Menjadi istri bapak?,,," Tanya Alesya dengan suara sedikit meninggi.

"Ca,,," bapak memegang tangan Alesya untuk tidak mengucapkan kalimat berikutnya.

"Pak Katno mau saya menjadi istri andakan? Baik jika itu yang bapak mau, tapi saya peringatkan sama Bapak jika bapak masih berani menyakiti keluarga saya. Saya tidak akan tinggal diam,, camkan itu!!" Ujar Alesya penuh penekanan sambil menatap tajam kearah Pak Katno.

Pak Katno tersenyum penuh kemenangan, berbanding terbalik dengan bapak dan ibuk seakan tak percaya apa yang baru saja yang Alesya ucapkan.

"Nduk, maksud kamu apa nduk? Kamu sudah lupa dengan yang bapak bilang?"

Alesya tersenyum, "pak, Alesya ikhlas kok pak" jawab Alesya dengan mata berkaca-kaca mencoba untuk menahan air matanya.

Sakit! Sungguh ini sangat menyakitkan bagi Alesya tapi melihat bapak yang terus dianiaya membuat hati Alesya sakit sekali. Lebih baik cukup dirinya saja jangan keluarganya, cukup sakiti dirinya jangan keluarganya itu yang selalu Alesya tanamkan dalam benaknya.

Bapak memeluk Alesya begitu erat, sesak! Itu yang Alesya rasakan bernafas saja begitu susah.

"Hohohoho,,, mari pak Sucipto kita bicarakan sambil duduk,,".

Bapak, Ibuk dan Alesya duduk bersebrangan dengan Pak Katno dan anak buahnya. Terlihat sekali bahwa Pak Katno begitu senang jika Alesya akan menjadi istrinya.

"Jadi bagaimana? Apakah kita secepatnya melangsungkan acara pernikahannya?" Tanya Pak Katno antusias.

Bapak dan ibuk tak mampu berkata apa-apa lagi, Alesyapun seperti kehilangan nyawanya badannya mungkin masih ada tapi dimana sisi kewarasannya pergi?!.

"Hmm, apa mahar yang kamu mau Alesya? Emas?tanah? Rumah? Atau uang? Saya bisa berikan kamu semua jika kamu mau..."

Alesya menatap Pak Katno dengan tatapan kosong. *Ya Allah, jika memang pria tua di depan hamba ini telah kau gariskan menjadi jodoh hamba maka hamba Ikhlas Ya Allah.. tapi jikalau memang bukan, Hamba mohon petunjuk dan pertolonganmu Ya Allah,,,* batin Alesya dalam hati.

"Jadi bagaimana cip?,," Ucap Pak Katno tak sabaran.

"Huhhhh,, semua saya serahkan pada Caca,, saya tidak bisa memaksakan keinginannya" sahut Bapak dengan nada sedih meratapi nasib putri sulungnya. Tidak! Ini semua kesalahannya karena dirinya lah Alesya bernasib seperti ini.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya,,,,,".

"Maaf jika kehadiran saya sedikit mengganggu".

Belum sempat Alesya meneruskan kalimatnya, ada sebuah suara yang tidak asing memotong kalimatnya. Semua menoleh kearah sumber suara, betapa terkejutnya Alesya saat mengetahui siapa yang datang.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

"Maaf jika saya menyela, tapi apakah baik jika anda melamar Alesya disaat saya sudah lebih dulu melamarnya?"

Degh, Alesya dibuat terkejut sungguh ini sesuatu diluar perkiraannya. Apa ini pertolongan yang Allah berikan padanya?!




TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang