8. Makan Malam 🌺

1.4K 226 5
                                    

"Jadi dia ngomong gitu yang"

"Iya ba, aku aja sampe heran. Dia itu kayak marah gitu, ehhh gimana yah. Pokoknya kayak gitu pas dia senyum malah serem banget" Zulaikha dengan sangat antusias menceritakan pertemuannya dengan Alesya.

Gus Achmed terkekeh kecil imut sekali istrinya ini.

"Umi kok jadi penasaran yah, sama Alesya" gumam umi Rahma. Umi Rahma dan Abi Adam belum kembali ke Jakarta rencananya mereka akan tinggal disini untuk beberapa hari lagi. Lagian di perusahaan  di Jakarta ada Adhan adik pertama Achmed yang mengurusnya.

"Sama umma juga" sambung nenek.

"Besokkan ada pengajian keluarga, kenapa gak undang Alesya saja" Ujar seseorang memberikan pendapat.

"Nah betul banget itu" seru Umi Rahma.

"Ehem, saking asiknya ngobrol sampe gak pada nyadar ada bude" Ujar Aida yang menyadarkan keluarganya.

"Ya Allah teteh" seru Umi Rahma.

"Alesya itu memang selalu bikin orang penasaran yah?" Ujar Ustadzah Ayu. Umi Rahma mengangguk setuju, Aida sedari tadi menguping percakapan mereka. Alesya? Aida kembali mengingat sebuah nama yang sudah 13 tahun pergi meninggalkannya. Mirip! Tiba tiba mata Aida memanas.

"Astaghfirullah, mungkin cuma kebetulan aja. Lagian banyak yang sama namanya didunia ini contohnya Sri setiap daerah dan tempat ada aja yang namanya Sri" gumam Aida kemudian beranjak pergi menuju kamarnya.

Aida merebahkan dirinya dikasur Queen Size miliknya, tangannya sambil memainkan benda pipih. Jarinya mengklik sebuah aplikasi berwarna merah bertuliskan YouTube.

Shanna Shannon-kamu dan kenangan (cover) 🎶.

Diletakkan benda pipih itu disampingnya dirinya duduk dipinggiran kasur. Matanya tertuju pada sebuah figura foto diatas nakas, nampak dua bocah perempuan tertawa menampilkan gigi ompong mereka.

Aida mengambil dan mengusap kaca figura itu, matanya mulai memanas setetes cairan beningpun meluncur bebas.

"Sudah tiga belas tahun gak ketemu, Kangennnn.. hiks,,,hikss.. pasti diatas sana kamu udah ketemu pangeran gantengkan" lirihnya dengan suara isakan. Dirinya memeluk figura itu erat Aida menggigit bibir bawahnya berharap isak tangisnya tak keluar. Dia tak ingin sahabatnya mengejeknya di atas sana.

"Seandainya,, hiksss seandainya saja a-aku menghentikan kelakuan jahat mereka, kamu, teteh Aisyah, ayah Reyhan dan Bunda Anisa juga pasti masih disini". Sungguh Aida sangat menyesali semua kebodohannya . Kenapa dulu dirinya tidak mengetahui sifat jahat mereka? Kenapa dirinya membiarkan tindakan jahat itu?

Tekadnya sudah bulat Aida akan menemukan semua bukti bukti kejahatan mereka. Setelah itu lihat saja permainan apa yang akan dilakukan seorang Aida.

"Kamu duduk manis saja diatas sana, biarkan aku yang akan membalaskan dendammu" gumam Aida dengan seringaian yang nampak sangat jelas dibibir ranum itu. Aida sangat berubah semenjak kematian sahabatnya, Aida dulu yang ceria dan penuh canda tawa sekarang seperti manusia yang tak tersentuh.

***

Alesya sudah selesai bersiap abaya abu abu dipadukan dengan jilbab hitam dan cadar yang senada.

Alesya berpamitan kepada Ibu untuk menghadiri sebuah pengajian dirinya diundang oleh Ustadzah Ayu, Alesya ingin mengajak ibu tetapi ibu menolak karena sore nanti ibu dapat undangan untuk membantu Bu RT memasak dan Ajeng sedang sibuk dengan UN. Pada akhirnya Alesya berangkat seorang diri, bapak sudah bersiap dengan motornya sedari tadi bapak ngotot ingin mengantar Alesya karena takut putri sulungnya kecapaian.

TAKDIR MENUNTUNKU [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang