chapter 27 | their first meet

156 24 62
                                    

Alyra sudah sampai di rumah keluarga Hwang. Aron menyambut kedatangannya setelah gadis itu turun dari mobil yang sengaja menjemput Alyra kerumahnya.

"Maaf aku ngga bisa jemput kamu, tadi papa telfon aku buat ngurus perbatasan bentar." Kata Aron menjulurkan tangannya pada Alyra.

Alyra menerima tangan Aron, menggandengnya lalu mengangguk. "Gapapa kak, aku kan udah di jemput sama pak supir."

Aron hanya membalas dengan senyuman. Alyra memang tipe yang pengertian. Ia langsung menuntun Alyra untuk berjalan ke dalam rumahnya. Menyusuri setiap sudut rumah itu sampai akhirnya mereka sampai di depan pintu berukuran besar. Tujuan utama mereka berdua, kamar nyonya Hwang.

Alyra merasa takut, tangannya terasa dingin bahkan Aron menyadari itu. "Jangan gugup. Mama ngga pernah kasar ke orang lain." Kata Aron sambil tersenyum.

"A-ah iya kak. Ohiya Y-yuiko mana?" Katanya mengalihkan pembicaraan. Sudah kebiasaan Alyra kalau gugup, pasti mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Ada di taman belakang, lagi main sama yang lain."

Alyra mengangguk. "Ooh..." Gumamnya.

"Yaudah, masuk yuk?"

Alyra mengangguk lagi, walau masih terasa gugup.

"Mama di dalem sama siapa?" Tanya Aron pada pengawal yang ada didepan, sebelum masuk kedalam kamar itu.

"Nyonya sama suster, tuan." Jawab mereka seadanya.

Aron mengangguk, lalu membuka pintu kamar itu perlahan. Alyra mengikuti langkah Aron dari belakang tubuh tegapnya. Pandangannya dimanjakan oleh interior clasic di dalam kamar besar itu. Nuansanya yang tenang, dan berhasil menyejukkan perasaan, itu yang Alyra rasakan saat pertama kali masuk kedalamnya.

"Sus, kita mau ngobrol sama mama." Ujar Aron segera. Sang suster mengangguk, lalu membereskan peralatan nya yang masih berantakan.

Rumi duduk di kursi, menghadap jendela besar di kamar itu. Duduk dengan elegan dan sangat tenang. Dari belakang punggungnya saja, Alyra sudah bisa menebak kalau Rumi adalah wanita luar biasa. Hatinya menghangat dikala ia mengingat mamanya sendiri. Alyra tersenyum pahit saat membayangkan apakah mamanya sekarang berumur yang sama seperti mamanya Aron?.

Aron berjalan perlahan, di sebelahnya Alyra masih bersembunyi di balik tubuh Aron. "Keluar dong." Kekeh Aron melihat tingkah laku Alyra.

Gadis itu menggeleng. "Malu, kak."

"Masa malu? Tenang aja kok, aku selalu ceritain ke mama soal kamu yang baik-baiknya aja, ngga yang bandel nya."

"Hih! Sejak kapan aku bandel?" Gerutunya dengan suara yang dipelankan.

"Hahah... Makanya ayo sini, itu mama udah duduk disitu. Nanti mama ga tau dong siapa cantiknya aku?" Ajaknya. Alyra tersipu mendengar nya.

Aron menghampiri Rumi. Kemudian laki-laki itu berlutut di depannya. Menyisir rambut Rumi yang terjatuh, lalu mengecup telapak tangannya lembut. Alyra yang melihat itu ingin menangis. Perhatian Aron sebagai seorang putra memang berbeda. Gerakannya lembut sekali. Berbeda saat dia memimpin Raptor.

"Alyra, mama ga pernah ngomong sejak tiga tahun yang lalu. Kamu ngga perlu khawatir, mama ngga akan marah." Ucap Aron menatap Alyra. Ia mengisyaratkan gadis itu untuk segera mendekat.

"Maa..." Pandangannya beralih menatap Rumi kembali, "Hari ini Aron bawa paca--calon pacar Aron." Kekehnya mengingat bahwa mereka belum pacaran.

"Gapapa ya ma? Doain langsung jadi menantu aja hehe." Bisiknya pada Rumi yang membuat pipi Alyra memanas.

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang