chapter 38 | lahir, kembali

157 21 108
                                    

Aron sudah berdiri di depan peti Ferdinan. Seluruh anggota Raptor sudah berkumpul di rumah duka. Aron tidak banyak berbicara setelah ia melihat sendiri tubuh Ferdinan yang sudah tidak bernyawa di perbatasan tadi.

Rapt sibuk mengurus beberapa hal di rumah Aron, karena mengetahui kondisi Aron yang sangat tidak baik, mereka berinisiatif untuk mengatur keperluan pemakaman nanti.

Semua kelompok lain yang bergabung bersama Raptor, kini turut hadir untuk mengikuti upacara pemakaman Ferdinan. Rega dan kelompok Silver juga sudah hadir disana, Oudo dan yang lain juga sudah hadir.

Rumi dan Yuiko yang sudah di evakuasi keluar distrik sebelumnya, kini kembali ke kota Dhistree. Rumi terus menangis di kursi yang ada di depan peti itu. Disampingnya ada Yuiko yang termenung tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Alyra memeluk Yuiko, sesekali ia mengelus punggung Rumi agar wanita itu tenang.

Rumi menangis sesenggukan, ia benar-benar menangis sampai suaranya habis. Bahkan sebelumnya, Rumi sempat pingsan. Yuiko, gadis kecil itu banyak mendapatkan ucapan semangat, tapi mana gadis itu mengerti? Yang Yuiko tahu, sekarang papanya sudah di masukkan kedalam peti coklat di depannya itu. Itu saja.

"Kakak...papa kenapa di dalam? Kenapa semuanya menangis?" Tunjuk Yuiko pada peti itu.

Alyra tersenyum. "Papa istirahat ya, Yui? Nanti kamu cium papa dulu sebelum pergi."

Yuiko menggeleng. "Tapi aku engga mau papa pergi... Papa belum main-main sama aku... Kan, papa udah janji katanya kalau aku balik ke rumah ini, papa main sama aku..." Rengeknya lagi.

Alyra hanya memeluk gadis itu. Alyra sendiri juga tidak bisa menjawab apapun selain menjawab dengan tangisan. Sejak gadis itu datang bersama Arash, Alyra belum sempat berbicara dengan Aron. Saat gadis itu mengelus tangan Aron, laki-laki itu bahkan tidak tersenyum sedikitpun.

Alyra memilih untuk membiarkan Aron, laki-laki itu pasti sangat terpukul.

"Yui jangan nakal, ya? Kakak selalu disini kalau Yui mau main..." Ucap Alyra lagi.

Yuiko mengangguk. "Janji ya, kak!" Soraknya.

Alyra tau kalau Rumi dan Yuiko waktu itu di evakuasi ke kota neneknya, tapi Alyra tidak mengetahui hubungan Arash dan Ferdinan itu seperti apa. Arash memilih ikut karena Alyra fikir itu normal, karena sepengetahuan dirinya Ferdinan dan papanya itu memiliki hubungan bisnis di kantornya.

Alyra melepaskan pelukannya dari Yuiko. Anak kecil itu mengambil tangan Aron yang berdiri di sebelah mereka. "Kak Aron!" Panggilnya mengguncang tangan Aron yang kekar.

"Kakak...." Panggilnya sekali lagi.

Aron tersadar, ia melirik kebawah sebentar. "Ya?"

Yuiko tersenyum. "Kata kak Alyra nanti dia temenin aku main, aku seneng!" Ungkapnya polos. Aron hanya tersenyum. Lalu, tangan laki-laki itu mengelus puncak kepala Yuiko.

Sedetik kemudian, tangan Aron beralih mengelus puncak kepala Alyra juga. "Makasih, ya, kalau ngga ada kamu, Yui pasti rewel." Katanya lagi.

Alyra mengangguk. "Aku turut berdukacita, kak. Kakak yang ikhlas, ya? Aku paham rasanya...." Lirih Alyra.

Aron mengangguk. Akhirnya mereka sempat untuk berbicara. Aron ingin melepaskan genggaman tangannya dari Alyra, tapi di tahan gadis itu secepatnya.

"Kak." Panggilnya cemas. Aron menaikan alisnya pertanda bertanya ada apa.

Alyra menghela, lalu ia tersenyum. "Gapapa kalau mau nangis, kakak bisa nangis di depan aku kalau kakak ga mau nangis di depan banyak orang."

Deg

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang