chapter 35 | sorry - he is the traitor

168 16 280
                                    

[traitor reveal, Blue!] apakah tebakan kalian selama ini bener? let's see...

Baca sampe bawah, and you can found the traitor!

Ini aku kemas di satu chapter aja, mungkin bakal sedikit panjang... Aku harap kalian tetap enjoy bacanya, ya!

Tapi sebelum itu, mari kita bahas sedikit mengenai Erdo dan alasannya menolak Uca... anw, Blue! happy reading ayang‹3

--POF District 9--

Hari ini Rapt berkumpul di kantin sekolah seperti biasanya. Ternyata Aron memerintahkan mereka untuk berjaga mulai pagi ini di sekolah. Maka dari itu, mereka semua masuk untuk mulai berpatroli di sini.

Aron mengunyah gorengan yang baru saja di beli Geza. Ia berbincang dengan anggota yang lain seolah tidak sedang memantau sesuatu. Padahal, mereka tetap menilik setiap sudut sekolah untuk mencurigai gerak-gerik aneh yang mungkin saja muncul nanti.

Erdo juga duduk disana, ikut tertawa seolah tadi malam tidak ada yang terjadi padanya. Aron dan Mark, dua laki-laki itu yang tau tentang Erdo. Mark tau dari Erdo sendiri, dan Aron tau dari gadisnya, Alyra. Alyra menelepon Aron malam itu juga saat ternyata Uca menceritakan semua yang terjadi kepada Alyra.

Aron mendapati Alyra yang berada di ujung koridor, gadis itu berjalan bersama Uca di sampingnya. Terlihat Uca yang menyandar di pundak Alyra seperti tidak bersemangat. Mata Uca sembab, wajahnya kusam dan pucat, benar-benar seperti tidak ada semangat dalam hidupnya.

Aron hanya diam. Ia tidak mengatakan keberadaan Alyra dan Uca pada siapapun. Laki-laki itu kembali bercerita pada yang lainnya seolah tidak melihat dua gadis itu disana. Aron tidak ingin memperkeruh suasana.

Alyra mengelus tangan Uca yang melingkar di lengannya. Gadis itu berjalan tanpa tau arah tujuan. Alyra mengajaknya ke kantin untuk mencari makanan dan minuman, karena sejak pagi, Uca menolak untuk makan dan minum.

"Ca... Mungkin kak Erdo punya alasan lain. Tapi dia ngga mau ngasih tau tentang alasannya itu." Bujuk Alyra dengan kalimat itu, yang sudah berulang kali ia katakan.

Uca menggeleng. "Tapi kenapa ngga ngasih tau gue, Al? Kalau dia mau ngasih tau gue apapun alasannya itu, mungkin gue bakal coba terima."

Alyra kembali memutar otaknya untuk menjawab. "Y-ya mungkin alasan itu bakal bikin kamu makin sakit kali? Makin bikin kamu ngga rela buat ngelepas kak Erdo. Makanya dia milih buat nyatain kaya gini."

Uca menatap Alyra. "Lo ngebelain kak Erdo?"

Alyra melotot. "Ya engga, Ca! Kalau aku di posisi kamu yang sekarang ini, aku mungkin bakal depresi lagi. Aku bisa paham rasanya gimana."

"Tapi, semua hal yang pergi itu, pasti punya alasannya, Ca. Sama kayak seseorang yang pengen tinggal dan pergi dari kita. Pasti, mereka punya alasan kenapa mau tinggal sama kita, dan kenapa mau pergi dari kita."

"Gitu juga kaya kak Erdo. Dia pasti punya alasan tersendiri untuk ini." Jelas Alyra kembali.

"Gue seneng, kak Erdo bilang suka sama gue tadi malem, tapi gue sedih kalau ternyata gue sama kak Erdo ga bisa bersama."

"Apa gue emang ga boleh ngerasain suka sama orang?"

"Ngga gitu, Ca. Kalau kamu ga boleh suka sama seseorang, dari awal juga kamu ngga bakal suka sama kak Erdo."

"Tapi kak Erdo jahat ga sih?" Lirihnya lemah.

Alyra mengangguk. "Dia jahat." Ucapnya agar Uca merasa tidak sendirian.

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang