Derapan kaki mereka berlima memenuhi koridor rumah sakit yang tentu saja sudah sunyi ini. Tampak dari wajah mereka, terukir kebahagiaan. Wajah lelah yang tadinya terlihat pun kini sudah hilang entah kemana.
Cittt
Geza memberhentikan dirinya secara tiba-tiba karena larinya yang terlalu cepat. Ia hampir saja melewati pintu ruangan Felix.
"Anj—WOI GEZ ANJ SABARAN DIKIT NGAPA!". Keluh Nucca yang terjepit pintu karena Geza yang memaksa masuk.
"KAKI LO AWAS!, ITU PINTUNYA MACET BEGO!" teriak Geza tidak kalah kesal.
Aron yang baru sampai, menarik nafas sebentar, lalu menendang pelan tubuh dua laki-laki itu sampai mereka berdua terdorong kedepan.
Gubrak
Mereka berdua terjatuh, di atasnya ada Mark dan Dito yang juga ikut terdorong. Mata mereka berlima menatap Felix yang berada di ranjang putih itu. Laki-laki itu tidak duduk. Masih terbaring dengan lemah. Dengan selang oksigen yang masih membantunya bernafas, Felix terlihat tersenyum dari sana. Senyuman yang tulus sekali. Senyuman yang ingin di berikannya lebih, namun ia tidak mampu untuk itu.
"FELIX!" teriak mereka berempat. Ya, kecuali Aron.
Geza berlari dan memeluk tubuh Felix. "Gue kira lo bakal mampus"
"Mampus mata lo!, Yang bener aja kalo ngomong!", Sahut Dito cepat.
"Lix!, Gue kira lo koma sampe setahun!" Isak Nucca yang terharu.
Dito melengos lagi, "ini lagi!" Gertaknya pada Nucca. Nucca hanya mencibir.
Mark menjitak kepala Nucca, "Felix ga mungkin mati semudah itu lah" ledeknya.
Felix membalas dengan kekehan kecil. Dengan suara beratnya, ia menyapa Rapt.
"Thanks, sorry gue udah ngerepotin" katanya dengan suara yang parau. Felix kemudian menoleh.
"Capt" sapanya pada Aron yang tersenyum saat menghampiri mereka.
"Siapa sih yang ngerepotin anjing?". Nucca berdecak tidak senang dengan pernyataan Felix barusan.
Mark menjitak kepala Nucca sekali lagi. Ia berdesis kesal. "Lo mendingan diem aja nyet!, Lagian anjingnya siapa yang direpotin?, Hah?!"
"Makanya kalo ngomong pake jeda Nuc!" Sungut Geza terkekeh.
"Ya gimana Gez, nilai bahasa Nucca juga rendah. Jangankan di tulisan, tanda baca di ucapan aja belum lulus KKM"
"Sialan!"
"HAHAHAHHAHA". Mereka semua tertawa. Felix sampai terbatuk karena dadanya yang masih sesak.
Aron berdeham, membuat Rapt terdiam. "Biar ini ruangan khusus Raptor. Tapi hargai pasien lain, ini udah diluar jam berkunjung, mungkin mereka dengar suara kita"
"Suara Geza kaya toa". Ledek Nucca cepat.
Aron tergelak kecil, lalu mengambil kursi yang ada di dekat tempat tidur Felix. "Kita belum ngabarin bokap lo dari kemarin"
Felix mengangguk, "biarin aja. Itu lebih bagus"
"C'mon bro?. Gimana pun he's your father" Mark menaikkan alisnya, berusaha meyakinkan Felix.
"Dia ga bakal perduli. Bahkan kalau dia perduli, kemarin gue ga pulang kerumah. Dia bakal telfon, kan?"
"Ck" decak Dito. "Lo tau gue benci bokap lo, tapi setidaknya kasih kabar lah?"
Felix menutup matanya, "gue mohon jangan. Raptor semakin jelek dimata bokap gue nantinya"
"Huftt.." Geza menghela, ia melipat kedua tangannya di dada bidangnya. "Paham, paham. Tapi gue saranin, hubungan lo sama bokap lo harus membaik"
KAMU SEDANG MEMBACA
President Of District 9
Teen FictionLove, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa di setiap sudut distrik, membuat dirinya menjadi nomor satu diatas segalanya. Siapa yang tidak kenal...