Sehari setelah kepergian Felix, Dio, dan Kala untuk menjalankan misi, Raptor kembali di sibukkan dengan permasalahan Distrik yang masih berlanjut sampai sekarang. Aron dan Rapt yang lain sedang berkumpul di markas utama Raptor sejak jam pulang sekolah tadi.
Geza memilih tidur di sofa karena mereka tidak memiliki kegiatan lebih saat ini. Yang lain memilih untuk duduk berbincang, atau sekadar datang dan pergi. Aron memutar ponselnya yang ada di meja. Baik dirinya dan anggota yang lain sebenarnya sedang menunggu kabar dari Felix yang sampai sekarang belum memberikan informasi apapun.
Mereka tidak mengkhawatirkan Felix sepenuhnya, karena mereka semua percaya bahwa Felix bukanlah seseorang yang lemah, yang dapat dikalahkan dengan sekali serangan.
Helaan nafas terdengar dari Rezz, laki-laki yang sedang mengunyah permen karet di mulutnya kini menatap Aron.
"Ron, urusan Arion, kita ga turun?" Katanya menyinggung persoalan distrik kemarin.
Aron menggeleng. "Engga, udah selesai sama distrik sebelas kemarin. Kita ga perlu turun."
Rezz mengangguk lagi, "Oke kalo gitu." Lalu kembali ke posisi awal duduknya.
"Arion lagi nyoba memperluas wilayah ya?" Itu suara Dito yang duduk di sebelah Nucca.
"Iya." Sambar Mark. "Alasan kenapa dia ga nyerang distrik 9, ya dia nyari wilayah dan aliansi kelompok dulu. Dia sadar sebenernya, kalau Krypton ga bakal bisa nyeimbangin Raptor."
Mereka semua mengangguk.
"Padahal Krypton dulunya serem, kan?" sahut Dito lagi.
Mereka semua mengangguk lagi.
"Beberapa bulan setelah kita di lantik jadi anggota Raptor, pertarungan pertama kita ada di distrik 12 waktu itu, lawan Krypton. Beneran serem sih." jelas Rezz kali ini.
"Iya anjir! gue merinding! Gimana ya jelasinnya...?" Nucca menimang ucapannya. "Pokoknya tuh yang gue lihat dulu, Krypton kalau nyerang pasti ga pake otak, selalu bar-bar gitu, gue yang serem mereka ga hanya nyelakain musuh tapi malah celaka karena serangan sendiri."
Mereka semua lagi-lagi mengangguk setuju. "Bener tuh! Karena Krypton ga punya etika bertarung kali ya? Yang ada di pikiran mereka, bertarung itu cuma pukul, jatuh, menang, dan kalah. Terus berdarah?"
Aron terkekeh. "Iya kali?"
"Tapi wajar sih kalo isinya orang-orang yang serem. Dulu kita tau Krypton sejak dipegang Arion kan?. Tapi kita gatau Krypton sewaktu dipegang papanya Alyra. Bos distrik 12 lengser sebelum waktunya, Krypton juga sempat vakum beberapa tahun, waktu itu Raptor masih dipegang sama tuan Ferdinan." Jelas Dito kembali. Laki-laki itu mulai menyukai pembicaraan mereka.
"Wajar kalo serem, pemimpinnya papa Alyra dulu, kan?" Sahut Erdo yang di angguki Aron.
Mark mendesis. "Seberapa serem ya papa Alyra?"
Erdo menggeleng. "Gatau, waktu gue sama Aron susul Alyra di distrik 12 waktu itu, kita ga perhatikan papanya. Tapi..."
Erdo menatap Aron. "...Aron kan pernah ke rumah Alyra, buat izin soal guru memanah Yui."
Aron mengangguk. "Iya, gue ketemu. Tapi sebelum gue tau kalau papanya Alyra adalah bos Distrik 12 dulu."
"Terus, terus, serem ga?" Tanya Rezz yang penasaran.
Aron mengangguk. "Seremnya iya, tapi waktu itu, serem yang normal kaya seorang papa yang gamau anak cewenya kenapa-kenapa. Tapi ya itu, gue ngerasain intimidasi dari tatapan bokapnya Alyra. Seolah Alyra jangan deket-deket gue lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
President Of District 9
Teen FictionLove, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa di setiap sudut distrik, membuat dirinya menjadi nomor satu diatas segalanya. Siapa yang tidak kenal...