D-2
Aron memantau keadaan lokasi perayaan ulang tahun Yuiko. Ia berdiri dengan gagah, menghadap semua anggotanya yang sedang bekerja.
"Capt. Ini laporan distrik." Satu berkas diterima Aron segera.
Mark menarik nafas panjang disebelahnya, menghirup udara sore yang segar di pantai itu. "Udah lama ga kesini, ya?" Katanya.
Aron mengangguk sambil membaca isi laporan yang ditulis Mark, wakilnya. "Tumben lo ngasih laporan cepat?"
Mark segera menatap sinis Aron. "Se-ngaret itu gue ngasih laporan sampe lo bilang tumben?" Katanya melotot.
Aron berdecih. "Gausah munafik, emang selalu telat!" Katanya memukul kepala Mark dengan berkas tadi.
Mark meringis, lalu kembali menjawab. "Ya kan bentar lagi Yuiko bday, gue gamau orang seneng-seneng party, lah gue ngerjain laporan. Kaya anak sekolahan aja gue punya deadline!"
"Ya emang masih sekolahan bego!" Itu suara Dito yang muncul dari belakang mereka. Ia merangkul sang kapten dan wakilnya dengan sumringah.
"Nyambung aja lo!" Desis Mark cepat.
Dito tidak menghiraukan, ia menatap pantai yang sunyi di depannya. "Asli, ini tempat selalu jadi yang terbaik sih! Thanks Ron! Gue ngerasa tenang."
Aron tersenyum bangga. "Yoi." Katanya mengangguk setuju.
"Kita tuh giliran ada masalah, bertubi-tubi ya anjir? Giliran ga ada, santai begini sampe sekarang bisa bikin acara party bahkan." Timpal Dito menatap keduanya.
Mereka bertiga menatap kearah pantai kembali, membiarkan tubuh mereka diterpa angin yang berdesir di pantai itu. Aron membalas pernyataan Dito dengan kekehan.
"Bukan santai sih, kita maksa buat santai aja. Padahal mata-mata udah dikirim Mark buat mantau distrik enam. Penjaga perbatasan di tambah. Felix juga masih harus nyari informasi buat nanti. Setelah ini, kita juga langsung balik kerja."
Mark mengangguk. "Selagi itu pelaku belum ketemu. Kita ga bisa santai, To."
Dito mengangguk. "Iya sih bener." Gumam Dito. "Ah iya, btw congratulation buat kesembuhan Tante Rumi, Ron!" Dito merangkul Aron, memeluknya sebentar.
Aron tergelak, "Thanks To. Ini kado buat Yuiko juga." Katanya bangga.
Mark juga memeluknya, mengucapkan ucapan selamat pada kaptennya atas kesembuhan mamanya.
"Anak-anak udah tau semua?"
Aron mengangguk lagi. "Udah, mereka udah tau."
"Semoga, Tante bisa ceritain ya... Siapa pelaku penembakan waktu itu."
"Ya... Semoga aja." Bahu Aron menurun.
Mark menepuk bahu Aron pelan. "Gausah di paksa, Tante juga baru inget, kan?. Lo fokus sama kesehatan Tante aja dulu."
Aron mengangguk. "Iya, itu makanya gue juga gamau bahas dulu soal kejadian itu. Takut malah mama balik trauma lagi."
"Berarti nanti Tante bisa ikutan party dong?!" Sambar Dito.
"Ikut kesini, tapi ga akan banyak aktifitas."
"Iya juga..." gumam Dito mengangguk. Ia merentangkan tangannya lebar. "Ahh! gue pengen ketemu Tante lagii! Udah lama ga makan bubur kepiting buatan Tante!"
"IYA ANJIR!" sahut Mark cepat. "Gue ga Nemu bubur kepiting terenak di distrik kecuali bubur buatan Tante Rumi!" Katanya semangat.
Aron tergelak melihat keduanya. "Nanti bakal makan lagi, kalo mama gue ga lupa resepnya." Kekeh Aron yang membuat kedua sahabatnya terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
President Of District 9
Teen FictionLove, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa di setiap sudut distrik, membuat dirinya menjadi nomor satu diatas segalanya. Siapa yang tidak kenal...