chapter 3 | war

699 72 116
                                    

Dentuman musik rock yang memekakkan telinga kelas 11 ips 2 di pagi ini sungguh meresahkan. Apalagi Alyra yang notabene-nya tidak menyukai aliran musik seperti itu, kini ia sedang menelungkupkan wajahnya di bawah tasnya. Pagi Alyra sepertinya hancur karena kelakuan teman sekelasnya.

"YANG DIBELAKANG MANA SUARANYAAAAAA" Salah seorang anak laki-laki itu mengangkat gagang sapu keudara dan berteriak seperti pemimpin murid lainnya. Dilihat dari name tag-nya, ia adalah Igo–ketua kelas 11 ips 2 yang urat malunya mungkin saja sudah hilang.

"YEEAAHHHH UYEEE UYEEEE" seluruh murid laki-laki yang ada dibelakang bersorak ramai.

Berbeda dengan murid laki-laki, kini murid-murid cewe yang lainnya hanya menggerutu, memaki, bahkan sempat menjambak rambut Igo agar dirinya berhenti, tapi mereka gagal. Igo memberontak dan terus melanjutkan kegiatannya bersama teman-temannya.

"TAIIIII" Igo berteriak saat tiba-tiba musik berenergi itu dimatikan dari tape yang dibawanya. Ia melirik Uca yang baru saja memasuki ruangan kelas. Semua yang ada di kelas menoleh, termasuk Alyra yang memastikan siapa orang yang berani mematikan musik pujaan Igo itu.

"Satu kelas bisa tuli, bego!" Bentak Uca, ia sudah berkacak pinggang dengan mata yang melotot menatap Igo.

"Uca gabisa diajak kerja sama ih!" Sorak teman mereka yang ada di belakang.

"Diem lo, Surya!" Tunjuk Uca. Yang ditunjuk malah cengengesan.

"Pas banget lo dateng, Ca! Cape gue bilangin Igo sialan itu" itu suara Ghea. Sekretaris kelas yang cantik dan baik hati.

"Lo itu ga ngerti betapa estetiknya lagu tadi, Ca" Igo turun dari kursi yang tadi ia naiki. Kemudian menantang Uca dengan bergaya dengan pose yang sama dengan gadis itu.

"Ya gue tau lo suka lagu itu, tapi ga juga di dengeri pake speaker segede gaban gini lah bujang!" Uca memukul lengan Igo sembarang.

"Dangdutan aja kan mending!" Sambungnya lagi.

"Lo mah taunya dangdutan mulu, kayak bapak-bapak tau ga!. Sekali-sekali kek dengerin yang berbau metal" cibir Igo.

"Gue gamau tau, milih dangdutan, atau uang kas gue naikin sepuluh kali lipat khusus kalian semua!" Uca menaik turunkan alisnya dengan tampang kriminalnya.

Kalau sudah begini, Igo juga tidak mau. Uca adalah bendahara dikelas ini, alasan kenapa dirinya menjadi bendahara, ya karena sikap Uca. Ia berani menagih uang kas dengan 1001 ancaman yang akan ia keluarkan jika teman-temannya tidak mau membayar. Kadang Igo juga menyesal kenapa ia memilih Uca saat pemilihan perangkat kelas setahun yang lalu. Alyra yang memperhatikan itu tertawa geli dari bangkunya, sorakan setuju juga terdengar dari seluruh murid cewe dikelas itu untuk mendukung Uca.

"Go, mundur aja udah, payah nih urusannya duit" bisik Miguel dari belakang Igo.

"Gimana?" Uca masih menaik turunkan alisnya memberikan penawaran.

"I-iya deh!, iya!" Igo menatap Uca nyalang.

"Ren, dangdut Ren" ucapnya memerintah Rendi yang duduk di sebelah tape dan speaker yang dibawa olehnya. Rendi mengangguk, sedetik kemudian ia menyetel lagu dangdut yang nadanya lebih tenang daripada nada di lagu sebelumnya. Lagu dangdut ciptaan Raja dangdut itu terdemgar lebih kalem. Biarpun tidak semua murid cewe menyukai dangdut, tapi setidaknya lebih tenang dibandingkan yang tadi, tak apa jika kelas mereka memiliki suasana seperti di warung kopi bapak-bapak.

Bertepatan dengan itu, seluruh murid cowo membubarkan diri, sambil menggerutu saat lagu-lagu dangdut itu terdengar. Sebagian ada yang pergi kekantin, ada yang membuka jasa naikkan rank game online, atau malah tidur.

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang