chapter 7 | tawa membawa petaka

491 65 220
                                    

Laki-laki itu dengan santainya berdiri di meja yang berisi tiga gadis cantik. Salah satu diantaranya adalah gadis yang menarik perhatiannya. Aron berdiri, dengan tangan kanan yang ia masukkan kedalam kantung celana sekolahnya, tangan kirinya yang kosong mengetuk ujung meja. Entah apa yang sedang dibicarakan gadis-gadis itu sampai kehadiran Aron saja tidak diketahui.

"Eh, k-kak Aron" Uca spontan berbalik lalu diikuti Ghea dan Alyra. Terlihat gadis itu sedang menunduk karena terkejut.

"Gue mau ngomong sama Alyra" kata Aron dingin, ekspresinya tidak bisa ditebak. Sudah dibilang kan, Aron memang seperti ini.

Uca langsung mendorong tubuh Alyra untuk keluar dari bangku itu, menyuruh gadis itu untuk segera berdiri. Alyra cukup takut, bahkan ingin berteriak, tapi tak menutup kenyataan kalau dirinya senang, padahal ia juga belum tau apa yang akan dibicarakan oleh Aron padanya. Setelah bergulat dengan hati dan fikiran, juga Uca dan Ghea yang tentunya berisik dalam hal ini, Alyra bangkit, takut Aron marah karena dirinya terlalu lama.

"I-iya kak?"

"Ikut gue, kita ngomong disana" tunjuk Aron dengan dagunya mengarah pada sudut kantin, ada vending machine disana.

Alyra mengangguk, lalu ikut berjalan dibelakang Aron. Kepala Alyra menoleh saat suara sepatu yang jumlahnya banyak terlihat menghampiri dirinya dan Aron, Rapt baru saja sampai, Aron menatap sahabatnya tidak suka, kemudian berdeham sedikit. Erdo yang mengerti, menahan tubuh Mark dan Nucca yang ingin lebih dekat dengan kaptennya.

"Kita tunggu disini aja, privasi itu mah" celoteh Dito yang tumben benar.

Mark bersungut, ia kepo sekali, apalagi Nucca yang sekarang berusaha melewati hadangan Erdo.

"Lo pelit bener sih!" Pukulnya pada bahu Erdo.

Rezz terkekeh, "taruhan dimulai"

"Skip deh, mana bisa tau Aron ditolak atau engga, kan ngga denger njir" celetuk Geza.

"Gelagat Aron kan bisa diliat sih anjir, bego bener" Rezz menjitak kepala Geza.

"Kalo Aron lesu, berarti di tolak"

"Dih, yakin lo? Buktinya selama jadi temen Aron, kita aja sering susah nebak ekspresi kapten bringas itu!" Geza menyahut lagi.

Rezz diam, lalu kembali menjawab agar tidak kalah bebicara, "ya ntar kita tanya aja sama Aron langsung!" Ucapnya memberi alasan lagi.

"Ya kalo Aron mau jawab, apalagi urusan ditolak, gayakin gue dia mau jawab ke kita. Apalagi ada Mark, bisa-bisa di bully Mark dia" Dito terkekeh setelahnya, lalu menepuk pundak Nucca. Mark hanya melotot tidak percaya.

"Iya juga" sahut semuanya.

"Ahh gampang itu, gue bisa bujuk Aron ntar" Rezz menenangkan suasanya.

"Gaya lo selangit! Bilang aja lo gamau gagal taruhan bakwan kan!" Mark menendang kaki Rezz kencang, laki-laki itu nyengir.

Mark melengos malas, "cih, maharezz si pura-pura miskin"

Kemudian mereka memperhatikan gelagat Aron tak jauh dari tempatnya berdiri, memperhatikan seperti penguntit. Iya, penguntit bintang lima, mereka menonton Aron dan Alyra dengan jajanan, juga minuman yang mereka beli tadi. Nucca yang membawanya dari meja sebelumnya, sayang kalau dibuang, mubazir.

Aron sudah berdiri menghadap vending machine itu bersama Alyra, ia menatap sebentar gadis cantik itu lalu kemudian badannya berbalik menghadap mesin itu lagi, menilik beberapa minuman yang menyegarkan, lalu memasukkan beberapa lembar uang disana.

"Susu stroberi?" Katanya.

Alyra tersentak, "uhm? E-engga, kurang suka susu stroberi"

"Hm? Ternyata ga semua cewe suka ya?"

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang