Alex dan Felix sudah sampai di halaman rumahnya. Mereka berdua menatap bangunan itu bersamaan. Alex yang berdiri di sebelah Felix menghela nafasnya.
"Udah lama ga pulang." Ungkapnya berkaca-kaca. Ia kemudian merangkul Felix untuk berjalan bersama ke dalam.
Felix tidak bergerak dari tempatnya, bahkan saat Alex menariknya untuk berjalan. Alex yang menyadari itu menggelengkan kepalanya.
"Kenapa lagi sih?!" Tanyanya heran.
"Gue takut."
"You have me, oke?"
"Y-ya tapi sama aja, pasti papa ga akan dengerin gue, bang."
"Lix. Gue udah tau semuanya, di perjalanan dari bandara tadi, Aron udah cerita semuanya. Hubungan lo sama papa ga baik-baik aja kan semenjak gue ga ada disini?"
Felix mengangguk.
"Kalo gitu ayo! Jangan bikin kepulangan gue sia-sia anjir!" Alex menyeret tubuh Felix. Kali ini ia benar-benar menarik Felix sampai laki-laki itu mulai mengikuti langkahnya.
"Pa! Alex pulang!" Alex berteriak saat mereka berdua telah berhasil masuk kedalam rumah.
Terlihat Nandra yang tengah membaca sebuah buku di kursi itu, berdiri dengan tatapan yang tidak percaya.
"Alex? Kenapa kamu disini?!" Sapanya yang langsung merentangkan tangannya untuk memeluk putra pertamanya itu.
Alex menghampiri Nandra, lalu membalas pelukan papanya itu. "Alex kan kangen, lagian udah liburan kok."
Nandra mengecup puncak kepala Alex. "Kenapa ngga ngabarin papa kalau kamu mau pulang?"
"Ya biar surprise?" Kekeh Alex di sana. "Lagian ada yang mau Alex omongin." Sahutnya lagi.
"Apa itu, nak?"
Alex mengalihkan pandangannya, ia menatap Felix yang masih berdiri di sudut ruangan, bersembunyi dari Nandra di sana. Alex mengisyaratkan Felix untuk datang menghampirinya. Awalnya Felix tidak mau. Namun setelah pandangan Nandra ikut melihat kearah Alex menatap, kini mau tidak mau Felix keluar dari persembunyiannya itu.
Nandra tersenyum menang. "Ternyata kamu pulang? Memilih Beasiswa dari pada Raptor?"
"Keputusan yang bagus, anakku!" Soraknya dengan gembira. Nandra tersenyum menang disana.
Alex menggeleng. "Engga, pa."
"Engga?" Tanya Nandra yang bingung atas jawaban Alex. "Maksud kamu apa, Alex?!"
"Papa bakal tau jawabannya. Felix bakal jelasin sendiri." Ujar Alex menatap Felix dengan pasti, berharap adiknya berani untuk berbicara.
"Apa masih ada yang kamu ragukan?! Apa lagi yang kamu ragukan?!" Tanya Nandra dengan nada yang cukup tinggi.
"Cukup terima beasiswa itu dan pergi ke Australia, sudah cukup untuk masa depan kamu!" Sambungnya lagi. Emosinya kian membuncah.
Felix menggeleng. "Felix pulang bukan untuk beasiswa. Tapi untuk hari libur murid di SMA kita."
Nandra berdecih. "Masih saja! Aron yang menyuruhmu? Katakan!"
Felix mengangguk. "Sampai papa mau meliburkan sekolah, Felix baru berhenti, pa."
"Papa harus meliburkan sekolah, pa! Penyerangan akan terjadi dua minggu lagi!"
"Persetan soal penyerangan! Raptor tidak akan menyelamatkan siapapun! Mereka hanya peduli dengan urusan pribadi mereka! Mereka tidak perduli pada siapapun, Felix!"
Felix yang dibentak bertubi-tubi seprti itu hanya bisa mengerjap. "P-papa bilang apa?!"
"Kamu hanya membela kelompok yang tidak perduli dengan orang lain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
President Of District 9
Teen FictionLove, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa di setiap sudut distrik, membuat dirinya menjadi nomor satu diatas segalanya. Siapa yang tidak kenal...