Aron memandang langit-langit kamarnya yang tinggi. Kamar bernuansa hitam dan abu-abu itu terlihat elegan dan tertata rapih. Untuk ukuran anak cowo, kamar Aron tergolong rapih dan bagus. Beberapa foto angkatan Raptor ia pajang di dinding yang luasnya tidak main-main di sana. Aron berdecak, dari tadi tangannya memutar benda persegi panjang itu dengan fikiran yang entah kemana arahnya. Hari ini hari minggu, dan sekolah libur. Raptor sedang berkumpul di markas seperti biasa, bermain bola dilapangan, atau bercerita tentang masa depan Raptor nantinya, atau kalian mau memasak berbagai jenis mie instan yang tersusun rapi di rak dapur?, atau mungkin bermain ps 5 yang baru dimenangkan Erdo waktu itu. Ada banyak yang bisa dilakukan di markas utama Raptor. Aron tadi juga sudah dikabari Nucca disana. Namun ia menolak, katanya ingin mencari kedamaian dulu.
Gue text ga ya ?
Gumam Aron dalam hati, setelah itu ia berdecih kembali. Mengacak rambutnya frustasi, lalu menghela nafas.
"Argghhh" geramnya menarik selimut putihnya.
"Ih, jadi ini namanya kesurupan ya?"
Aron langsung menoleh, lalu sedetik kemudian melotot tajam pada Yuiko yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu kamarnya, memakan jajanan rasa strawberry.
"Keluar lo! Siapa yang nyuruh masuk!"
"Kan kata papa ndak apa-apa kalo Yui main ke kamar kakak"
"Ya itu kata papa, bukan gue!"
"Kakak ngomongnya gaboleh gue gue gitu kata papa. Harus pake nama"
Aron yang tadinya tergeletak, langsung terduduk dengan tatapan yang tidak di lepasnya dari Yuiko. "Lo keluar, atau guru memanah lo gue gantung di langit-langit rumah?"
"AAAAAAAAAAA JAHAT BANGETTT HUAAAAAA PAPAAAAAAAAAAAA" Yuiko yang notabene nya sensitif soal perasaan, suka tersinggung, langsung berteriak keluar dari kamar Aron, menangis meraung-raung.
Aron terkekeh, lalu bergumam, "mana mungkin gue gantung Alyra di langit-langit?" Katanya.
Aron mengambil ponselnya, bangkit dan berjalan menuju balkon yang berhadapan dengan lapangan golf pribadi dirumah itu. Lapangan hijau yang membentang luas selalu berhasil menenangkan hati dan fikirannya. Duduk sebentar di kursi yang ada di balkon, Aron membuka fitur i message di ponselnya. Lalu mengetikkan sesuatu disana.
--POF District--
"Kak Bella lari!.."
"Alyra awass!.."
"Jadi lo yang namanya Alyra?.."
"Cantik...pemberani... Pantes Aron mau pa–"
"HAHH!"
Alyra terduduk, nafasnya berderu cepat sekali, keringatnya juga turun dengan bulir-bulir besar yang nyata. Alyra melirik jam di dinding kamarnya. Ia menghela nafas karena ternyata ia ketiduran ketika mengerjakan tugas sekolah tadi. Buku pelajaran masih terbaring di sebelahnya.
"Mimpi itu lagi" gumamnya. "Apa itu potongan ingatan kejadian kemarin ya? Potongan kejadiannya selalu sama"
"Kak Aron harus tau? Gue udah inget kenapa gue pingsan"
"Tapi gue ga ada nomer kak Aron—"
"Ihhhhhhhh kok malah ngarep punya nomer dia sih!" Gadis itu menggerutu sendiri. Seperti merutuki hal-hal yang ia bayangkan dengan Aron.
KAMU SEDANG MEMBACA
President Of District 9
Teen FictionLove, Life, Raptor Sudah hukum alam, yang paling kuat yang berkuasa. Aron mungkin memegang istilah itu, menjadi kapten bagi kelompok paling berkuasa di setiap sudut distrik, membuat dirinya menjadi nomor satu diatas segalanya. Siapa yang tidak kenal...