chapter 31 | begin

123 15 64
                                    

Aron telah sampai di rumahnya. Ia segera memarkirkan motornya saat dilihatnya halaman rumahnya itu sepi, bahkan penjaga yang biasanya berjaga di depan pintu gerbang dan pintu masuk utama saja sekarang tidak ada.

Aron turun dengan gerakan yang terburu-buru. "Aneh." Pekiknya lalu dengan cepat berlari untuk masuk.

"YUIKO!"

"MAAA!"

"PAAA!"

Setelah berteriak di dalam rumahnya yang kosong, pikiran Aron menjadi kacau. Perihal Wiko yang telah mengkhianati Raptor, Aron takut kalau ia terlambat untuk menyelamatkan keluarganya.

Aron mengacak rambutnya dengan kasar, keringat dingin sudah membasuh pelipisnya. Aron berlari, memeriksa setiap sudut ruangan di rumahnya. Ruang utama, kosong. Kamar tidur, kosong. Ruangan kerja Ferdinan juga kosong. Aron membanting pintu terakhir dari ruangan yang ia masuki.

"ARGHHH!"

"Kemana semua orang!"

Aron dengan cepat mengambil ponselnya dari dalam saku celana, dan mengetikkan nama Ferdinan di sana. Baru saja ia ingin membuat panggilan, tapi teriakan terdengar Aron dari halaman belakang, teriakan itu di duga dari Rumi.

"M-mama!" Aron segera berlari kebelakang halaman rumahnya yang belum sempat ia cek keadaannya.

Betapa terkejutnya Aron saat dilihatnya seluruh pengawal rumahnya yang berkumpul disana beserta baby sitter Yuiko yang juga ada disana.

Beberapa dari mereka ada yang tergeletak tak berdaya, entah apa penyebabnya. Aron masih belum melihat mamanya, para pengawal itu membentuk suatu lingkaran untuk menjaga sesuatu yang ada di tengahnya. Aron tau formasi itu, formasi yang digunakan untuk berjaga. Diduga mereka sedang menjaga mamanya.

"Ada apa ini!"

Sontak seluruh sorot mata berbalik menatap kearahnya. Termasuk Ferdinan yang ternyata juga ada disana.

"Aron! Nak!" Teriaknya dengan raut yang seakan-akan lega karena melihat wajah Aron.

Aron menghampiri Ferdinan, ia baru bisa melihat mamanya yang terduduk di kursi roda dengan keadaan kacau.

"M-mama!!" Teriaknya lalu segera mendekati Rumi. Ia berlutut agar tingginya sejajar dengan Rumi.

Kening Rumi terlihat berdarah, tubuhnya bahkan masih gemetaran. Aron menangkup pipi Rumi dengan panik.

"M-mama kenapa, maa!"

Tangisan Rumi pecah, ia segera memeluk anak laki-laki nya itu. "Jangan jauh-jauh dari mama, nak!"

Sontak Aron terdiam. Mamanya? Mamanya sudah bisa berbicara dengan lancar. Aron segera menatap Ferdinan untuk meminta kejelasan.

"Pa, mama udah sembuh!? T-tapi kenapa mama lukaa?"

Ferdinan ikut berjongkok sebelum akhirnya ia menjelaskan kepada Aron. "Kamu lihat pengawal yang jatuh?"

Aron mengangguk. Ia tetap menggenggam tangan Rumi yang gemetar, sesekali ia menenangkan Rumi yang menangis.

Ferdinan menarik nafasnya, "Mama tadi jatuh. Kursi rodanya di dorong sampai mama terjatuh menghantam pagar batu taman ini."

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang