chapter 43 | last chapter, Kita pamit

256 24 38
                                    

Raptor berkumpul di pemakaman Erdo. Ada banyak anggota Raptor yang gugur, tapi mengingat banyaknya jumlah anggota Raptor yang ada di distrik ini, pemakaman ini tetap ramai pelayat yang hadir.

Erdo sangat dikenal oleh seluruh anggota Raptor. Erdoardo Davi, pasukan utama Raptor. Memiliki keahlian pisau yang sangat luar biasa dalam bertarung. Siapa yang tidak mengenalnya?

Rapt sudah berdiri di depan liang Erdo. Peti mati milik Erdo akan di masukkan sekarang juga. Rasanya masih tidak nyata, ketika melihat tubuh Erdo sudah terbujur kaku di dalam peti itu tadinya.

Uca menangis dengan histeris sampai Alyra harus memeluk gadis itu agar tidak memberontak. Semua kehilangan. Siapapun, pasti akan kehilangan Erdo.

Nucca dan Felix harus berdiri menggunakan alat bantu, kaki mereka masih belum pulih. Nucca menangis disana. Melihat peti yang berisikan tubuh Erdo di masukkan kedalam tanah, Nucca benci mengatakannya, tapi ia tidak ingin ini terjadi.

Felix tidak menangis, ia menatap peti itu dalam diam. Erdo adalah teman baiknya. Erdo adalah teman bertarungnya. Erdo adalah sahabatnya, pasukan utama mereka.

Satu pria paruh baya membuka suara. "Sebelum peti ini di kubur. Apakah pihak keluarga sudah ikhlas?"

Lily dan Jhon mengangguk. "Kita ikhlas." Jawab Jhon langsung. Lily menangis di pelukan suaminya.

Kemudian pria itu melanjutkan. "Untuk teman-teman, pasukan Raptor, dan pasukan utama Rapt, apakah sudah ikhlas?"

Teman-teman sekolah mereka mengangguk. "Kita ikhlas."

Ratusan pasukan Raptor menjawab bersamaan. "Kita ikhlas!" Sorak mereka membuat semuanya merinding.

"Rapt, kalian ikhlas?"

Rapt mengangguk pelan. "Kita ikhlas." Jawab mereka bersamaan.

"Untuk itu, izinkan saya melanjutkan proses pemakaman ini. Erdoardo Davi, anak laki-laki yang berumur delapan belas tahun pada hari ini, selamat jalan."

Rapt memejamkan mata mereka. Ini masih belum bisa diterima nalar. Tidak terlihat seperti nyata. Bagaimanapun mereka harus ikhlas. Erdo tidak akan senang jika kepergiannya ditangisi seperti sekarang ini.

Aron menatap peti Erdo yang akhirnya terkubur sempurna. "Kita semua ikhlas, Do. Selamat jalan, tenang disana, ya."

"Kita bakal ketemu lagi, Do." Ucap Nucca menimpali. "Dimanapun, kita bakal ketemu lagi. Gapapa kalau di Neraka sekalipun." Kata Nucca untuk menghibur dirinya sendiri.

Felix mengusap air matanya yang jatuh ke pipinya. Dito, Geza dan Rezz saling menguatkan ketika peti Erdo sudah terkubur di tanah.

Tangisan kembali terdengar. Semuanya kembali merasakan kesedihan. Orang tua Erdo. Uca. Teman-teman sekolah mereka. Para pasukan Raptor. Orang tua Rapt yang hadir. Rumi, dan Nath yang sekarang saling memeluk satu sama lain. Semuanya, semuanya menangis.

Beberapa anggota Raptor memilih pergi setelah upacara pemakaman selesai. Para tamu juga sudah pergi satu persatu, menyisakan Rapt dan keluarga dekat saja.

Uca menghadap Lily. Gadis itu memeluk Lily dengan isakan yang masih tersisa. "Kamu Uca, ya?"

Uca mengangguk. "Kamu cantik, Erdo sering berbicara tentang kamu pada saya." Katanya lagi.

Uca semakin menangis.

"Maafkan Erdo, ya, nak? Maafkan Erdo kalau dia jahat sama kamu."

Uca mengangguk.

"Jangan kapok buat kenal Erdo."

Uca mengangguk lagi. Ia tidak kuat menjawab dengan kata-kata.

Setelahnya, para orang tua pamit untuk pulang kerumah duka. Kini, Rapt, Arion, dan Alyra juga Uca saja yang tinggal disana

President Of District 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang