Kerisauan Maxx

88 5 0
                                    

"Hmm....Mansion lagi....Mansion lagi....Entah berapa banyak mansion milik-nya di berbagai negara." Ucap Marsya sambil menatap ke arah luar jendela.

Seketika mata Marsya di suguhkan pemandangan yang sangat menyejukkan mata.Hamparan tanaman bunga Crysan,bunga Marie gold serta bunga matahari menghiasi lahan samping mansion.

"Cantik sekali pemandangan-nya." Gumam Marsya.

Marsya memakan makanan-nya sambil menikmati pemandangan bunga-bunga.

Setelah selesai Marsya memutuskan untuk menonton televisi.

Dua hari berlalu.

Pagi ini Marsya memutuskan untuk berjalan-jalan di taman bunga samping mansion.

"Hmm....segar sekali udara di sini.Aku jadi tidak ingin pulang." Gumam Marsya pada dirinya sendiri.

"Kenapa beberapa hari ini Maxx seolah-olah menghindariku.Apa salahku...? Apakah aku membuat kesalahan...?" Lanjut Marsya sambil mengelus lembut bunga-bunga itu.

Setelah puas berjalan-jalan Marsya beranjak menuju ruang makan.

Saat Marsya sedang sarapan.Maxx menuruni tangga dengan setelan jas kerja-nya.

Maxx berjalan tanpa menghiraukan Marsya yang tengah sarapan.

"Maxx....Kau tidak sarapan dulu....?" Ucap Marsya saat Maxx tidak menghampiri meja makan.

"Nanti saja di kantor.Aku sedang terburu-buru." Ucap Maxx tanpa menoleh sedikitpun.

Marsya meletakkan sendok-nya lalu mengejar Maxx.

"Tunggu Maxx...." Ucap Marsya mendahului Maxx sampai di pintu.

"Ada apa....?Aku sedang terburu-buru." Tanya Maxx sambil menghela nafasnya.

"Aku ingin ikut ke kantor." Ucap Marsya sambil merentangkan kedua tangannya menghalangi Maxx yang akan berjalan.

"Aku sedang banyak pekerjaan.Kau bisa jalan-jalan atau kemanapun yang kau mau.Aku akan meminta sopir mengantarkanmu." Ucap Maxx sambil menurunkan sebelah tangan Marsya.

Marsya langsung mencium bibir Maxx lalu melumat bibir Maxx lembut.

"Aku ingin ikut ke kantor....bukan jalan-jalan." Ucap Marsya setelah melepaskan ciumannya.

Maxx berbalik menuju kursi tamu.Meletakkan tas kerja-nya lalu mengambil handphone di saku-nya.

"Kalian saja yang meninjau lokasi proyek itu.Aku sedang ada sedikit masalah.Aku percayakan semuanya kepada kalian." Ucap Maxx lalu mengakhiri sambungan telponnya.

Maxx menyandarkan kepalanya ke kursi lalu merentangkan kedua tangannya ke samping.

Marsya duduk di samping Maxx.

"Maafkan aku sudah mengganggu waktu bekerjamu." Ucap Marsya dengan perasaan bersalah.

Maxx hanya memejamkan matanya tak tahu harus berkata apa.

"Maxx....kenapa diam saja...?Apa kehadiranku mengganggu pekerjaanmu...?" Ucap Marsya meminta penjelasan.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku melakukan kesalahan yang cukup fatal....?" Ucap Maxx balik bertanya.

"Tergantung apa dulu kesalahanmu.Memang kesalahan apa yang kau lakukan....?" Ucap Marsya penasaran.

"Aku sudah menghamili seseorang..." Ucap Maxx sambil menatap Marsya dalam.

"Apa...." Suara Marsya tercekat nyaris tak terdengar.

"Tapi dia tidak menginginkan memiliki anak dariku...." Ucap Maxx sambil meneteskan air matanya.

"Brengsek....kau pasti sudah memaksanya untuk tidur denganmu." Ucap Marsya kesal.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan....?" Tanya Maxx sambil menatap Marsya.

"Nikahi dia Maxx....Kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu...." Ucap Marsya sambil memalingkan wajahnya.Hati Marsya seperti di remas tangan tak kasat mata.

"Apa kau setuju jika aku menikahi wanita itu....?" Tanya Maxx penuh selidik.

"Tentu saja.Aku mendukung keputusanmu." Ucap Marsya sambil beranjak dari duduknya.

Maxx langsung menarik tangan Marsya menuju kamar.

"Menurut-mu lebih bagus yang mana....? Cincin berwarna Silver atau Gold....?" Tanya Maxx sambil memperlihatkan dua kotak cincin berlian dengan warna yang berbeda.

"Cincin berlian ini....." Ucapan Marsya terpotong oleh Maxx.

"Ini cincin untuk melamar ibu dari calon anak-anakku." Potong Maxx cepat.

"Jadi...Kau sudah mempersiapkannya." Ujar Marsya tak percaya.

"Tentu saja....Aku sudah sangat lama menginginkan memiliki anak.Sekarang adalah waktu yang tepat.Bukankah kau sendiri yang bilang aku harus bertanggung jawab atas perbuatanku." Jelas Maxx.

Marsya hanya menatap dalam wajah Maxx.Marsya tak menyangka seantusias itu Maxx akan menikahi wanita yang di hamilinya.

"Jadi menurut pendapatmu lebih bagus yang mana...?" Tanya Maxx sekali lagi.

"Ehm....yang warna silver terlihat  lebih elegan." Ucap Marsya yang lebih menyukai cincin berwarna silver.

"Bisakah kau mencobanya...?ehh...maksudku postur tubuhnya sama denganmu.Jadi aku yakin ukuran jari kalian juga sama." Jelas Maxx agar Marsya tidak berpikiran yang bukan-bukan.

"Sepertinya kau menghamilinya sambil memikirkanku...." Sindir Marsya tajam.

"Tetap kau yang terbaik...." Ucap Maxx sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Cihh.....sudah mau menikah tapi masih saja menggodaku." Ucap Marsya tak suka.

Cara-ku..... Mencintai-mu...... (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang