27

359 62 6
                                    

» [에잇 (eight) (Prod.&Feat. SUGA of BTS) - 아이유 (IU)] «
0:01 ─〇───── 2:48
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

˚✩

Irene masih di dalam kamarnya, memandangi foto Yoona yang terpajang didinding. Ia teringat detik saat ibu kandungnya yang berteriak meminta pertolongan sebelum akhirnya seseorang mendorong mobilnya hingga jatuh kejurang ; Irene bangkit dan bergegas untuk turun bawah.

Sementara itu, Nyonya Choi tersenyum kecil dan mulai menata makanan dimeja makan dengan dibantu oleh bibi yang bertugas memasak. Ia menyiapkan nasi untuk Tuan Choi, menaruhnya di hadapan suaminya itu sebelum memutuskan duduk di samping Tuan Choi dan mengambil bagian untuk dirinya sendiri.

"Apa dia belum siap juga?" Tanya Tuan Choi.

"Wanita membutuhkan sedikit waktu lebih lama untuk berdandan sayang." Jawab Nyonya Choi lembut.

Tuan Choi menghirup napas dalam lalu mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya tanpa mengatakan apapun, bahkan ekspresi wajahnya terkesan datar. Sementara Nyonya Choi yang memerhatikan suaminya menjadi sedikit was-was.

Irene pun datang. Semua pelayan membungkuk memberi salam, menyambut kedatangannya dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan; namun jelas Irene menatap mereka semua dingin. "Kenapa kalian begitu sopan kali ini kepadaku? Apakah karena Tuan Choi sudah kembali kerumah?" Sindirnya.

Nyonya Choi bangkit dan mendekati putrinya, dia mencoba untuk merangkul Irene namun Irene tentu saja menolaknya. "Tidak perlu berpura-pura baik padaku didepan suamimu itu, Nyonya Choi." Ketus Irene.

Tuan Choi tidak menjawab atau memberi respon. Masih tetap memakan makanannya tanpa ekspresi yang berarti. Nyonya Choi kembali duduk dikursinya dan menyuruh Irene duduk untuk memakan sarapan yang sudah disiapkannya.

"Aku tidak sudi makan bersama penjahat sepertimu." Ketus Irene, Seketika membuat nafsu makan Tuan Choi menghilang, ia menuangkan air di gelas dan meneguknya lalu menyandarkan punggung di kursi meja makan.

Tuan Choi mengarahkan pandangannya kepada sang putri, ia dengan tegas menyuruh Irene untuk berhenti berbicara dan segera duduk. "Kenapa pagi ini terasa sangat berbeda?" Tanya Irene.

"Makanlah sayang sebelum makanannya menjadi dingin." Titah Nyonya Choi.

Irene berdecih lalu menyilangkan kedua tangannya didada, ia menatap benci kearah Nyonya Choi. "Aku bukan anak kecil lagi. Dari semua orang di sini, bukankah kau yang paling tidak berhak untuk tinggal di sini?" Ujarnya.

Nyonya Choi hanya diam tidak berani mengatakan sepatah katapun sekarang, terlebih didepan suaminya ; ia harus bisa mengontrol emosinya sebisa mungkin. Irene sedikit mencondongkan tubuhnya dan tampa mengalihkan pandangannya sedikitpun pada Nyonya Choi.

"Apa telingamu tertutup earphone? Kenapa hanya diam saja?" Ujarnya.

Mendengar itu, Nyonya Choi menjadi kesal. Tuan Choi detik itupun melemparkan gelasnya ke lantai hingga pecah. "Setelah kekacauan yang kau buat semalam dan pagi ini kau bersikap sangat tidak sopan kepada ibumu?" Tegasnya.

Irene melemparkan tatapan taiam pada ayahnya. "Kau mengejutkanku Appa." Ujarnya dengan nada mengejek.

Tuan Choi menggebrakkan meja lalu bangkit. Sembari menunjuk kearah putrinya ia berkata bahwa dirinya tidak pernah mendidik Irene menjadi gadis yang tidak tau sopan santun dan angkuh seperti itu.

"Kenapa kau marah Appa? Apa sikapku terlalu liar? Jika benar, seharusnya kau memarahi istri barumu itu karena dia yang membuatku bersikap seperti ini." Jawab Irene.

"BERANINYA KAU!" Bentak Tuan Choi.

Nyonya Choi berusaha menahan suaminya agar tetap tenang dan menghadapi Irene dengan kepala dingin. Tuan Choi menatap istrinya dan berkata ; kenapa Nyonya Choi selalu bersabar dan bersikap baik kepada putrinya itu, sementara Irene terus menginjak harga dirinya dan Nyonya Choi menjawab bahwa Irene hanya sedang kesal saat ini.

Irene tertawa remeh mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Nyonya Choi. "Munafik." Batinnya.

"Kau wanita jahat yang hanya memikirkan uang dan jabatan saja. Berani sekali kau datang kesini dan menghancurkan keluargaku? Ibu kandungku meninggal karena ulahmu dan kau mengambil tempat yang seharunya tetap manjadi milik ibuku. Sebaiknya dari awal kau jaga sikapmu, jangan serakah."  Tegas Irene kepada Taeyeon.

Dan didetik itu juga Tuan Choi melayangkan tamparan yang sangat keras kepada putri semata wayangnya. "BERANINYA KAU BICARA SEPERTI ITU KEPADA IBU SAMBUNGMU."

Irene menyentuh pipinya yang memerah dan berdenyut nyeri ; ia melayangkan tatapan sinis kepada Ayahnya.

"Tuan Choi! Sebaiknya kau lihat dan perhatikan baik-baik apa yang akan kutunjukan padamu nanti. Kau akan menyesali karena telah menamparku dengan begitu keras tadi. Kalian berdua terlihat sangat bahagia padahal keluarga palsu, tapi kenapa Appa tidak lagi bersikap baik kepadaku setelah Eomma meninggal? Apa kau merasa bersalah kepadaku?" Ujarnya.

"APPA BILANG JAGA MULUTMU!"

"Kau dan dia adalah orang munafik yang hanya memanfaatkan putrimu yang hidup dengan penuh penyesalan selama ini." Ujar Irene sembari menunjuk muka Taeyeon.

"Apa Appa akan bahagia jika aku terus berbohong? Sebenarnya aku tidak ingin membohongi Appa. Suara dan sikapmu berubah saat aku bersikap kasar kepada wanita ini. Kau menyuruhku untuk bersikap baik kepada wanita yang jelas-jelas sudah membunuh ibu kandung dan tunanganku!" Lanjutnya.

Amarah Tuan Choi sudah tidak bisa lagi ditahan saat mendapati Irene yang terus melayangkan tajam tajam serta tidak sopan kepadanya. Ia melepaskan semua orang yang menahan tubuhnya untuk menjauh dan berniat menendang tubuh Irene namun Bibi Yuri segera melindungi Irene dengan tubuhnya sehingga yang terkena tendangan adalah dirinya.

"Kumohon Tuan, jangan sakiti nona muda..." Lirihnya sembari memeluk erat tubuh Irene.

🌼🌼🌼🌼
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐝 𝐡𝐚𝐯𝐞 𝐚 𝐧𝐢𝐜𝐞 𝐝𝐚𝐲(◠‿・)

The Secret Of Savage Girl FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang