» [ Dont for me - 펀치 (PUNCH)] «
0:01 ─〇───── 3:40
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻˚✩
JESSICA kembali masuk kedalam ruang inapnya dan mendapati putranya yang tengah membaca majalah didekat jendela. Ia berjalan mendekati Taehyung lalu menyentuh pundaknya dan duduk disamping putranya itu. Taehyung pun langsung menaruh majalah ketempatnya semula setelah mendapati ibunya yang tengah menatapnya sekarang. Jessica menyuruh putranya untuk tersenyum, sedangkan Taehyung dibuat bingung akan sikap ibunya yang tiba-tiba seperti ini."Perlihatkan senyumanmu yang tulus kepada eomma." Ucap Jessica dan mau tidak mau, Taehyung pun akhirnya menuruti keinginan sang ibu.
"Taehyung dengar perkataan eomma. Kau boleh saja bersikap baik dan hangat kepada semua orang, memperlihatkan senyumanmu serta tawa riamu. Tapi, Kau tidak boleh memperhatikan kesedihanmu kepada semua orang, kau hanya boleh memperlihatkannya kepada eomma dan orang yang kau anggap sangat dekat denganmu bahkan bisa dikatakan sebagian dari hatimu." Ucap Jessica dan Taehyung hanya terus menatap wajahnya.
Jessica mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu putranya dan kemudian menatap lekat mata Taehyung. "Eomma tahu saat ini kau sedang bersedih walaupun kau tidak memberitahuku tapi Eomma bisa melihat dan merasakannya dengan sangat jelas." Ucapnya sekali lagi.
Taehyung melepaskan tangan Jessica dari dagunya dan mengalihkan pandangannya dari sang ibu. "Aku baik-baik saja." Jawabnya.
"Seseorang pernah mengatakan perkataan yang sama kepada Eomma dan kau tahu? Dirinya benar-benar terluka. Dia dikhianati oleh keluarga, teman dan bahkan kekasihnya yang meniduri teman dekatnya sendiri." Ucap Jessica membuat Taehyung kembali menoleh padanya. "Dia hanya mempunyai dirinya sendiri saat ini, bahkan dia berjuang untuk kesembuhannya seorang diri." Lanjut Jessica.
Taehyung tidak mengatakan sepatah katapun, dia hanya terus menatap wajah Jessica. "Benar pasien kamar 209, Eomma sedang membicarakannya saat ini. Jadi Taehyung putraku.."
"Eomma apa aku bisa menemuinya?" Tanya Taehyung dan Jessica menjawab mungkin nanti, besok pagi karena saat ini pasien kamar 209 sedang beristirahat.
MALAM harinya, Irene menonton berita yang ditayangkan ditelevisi tentang kenaikan saham Choi's Company dan pelantikan direktur yayasan Choi's University yang akan diadakan besok tanggal Febuari. Ia segera mematikan televisi setelah mendengar suara ketukan dari balik pintu ruang inapnya dan mengizinkan seseorang diluar untuk masuk. Pintu pun perlahan dibuka, menunjukkan seorang pria yang tidak lain adalah Taehyung.
Taehyung berjalan mendekati Irene yang terdiam sembari terus memandangnya diatas rajangnya. "Ternyata benar itu kau." Ucapnya dan Irene segera mengalihkan pandangannya.
Taehyung berdiri tepat disamping ranjang Irene, namun Irene tidak kunjung menoleh kearahnya. "Ketika hatiku hancur dan sangat hancur karena merindukanmu, kau tidak memberi jawaban apapun. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, aku tidak bisa fokus belajar. Teganya kau melakukan ini padaku, apa kau sudah gila?" Ucapnya dan Irene langsung menoleh kearahnya.
"Anggap saja seperti itu, sekarang pergilah dari sini karena aku tidak ingin melihat wajahmu." Ketus Irene.
Taehyung menggenggam satu tangan Irene. "kau sangat cantik, aku tidak bisa melupakanmu dan matamu yang masih membuat jantungku berdebar. Apa kau tau betapa cemasnya aku saat mendengar bahwa kau hilang?" tanyanya.
Untuk yang kesekian kalinya, Irene merasa muak dengan ucapan Taehyung ; ia bahkan menepis tangan Taehyung. "Tidak perlu memperdulikan hidup atau mati ku, kumohon padamu." Ketusnya.
"CHOI IRENE!" suara Taehyung terdengar begitu lantang dan menyeramkan ; ia sudah seperti akan mencekik Irene."Taukah kau, 15 hari tidak bertemu bahkan menghubungimu betapa menderitanya aku? Setiap saat begitu menderita, Setiap hari hidup dalam penyesalan. Demi bisa kembali menemuimu, aku berusaha semampuku." Ucapnya.
Irene hanya memutar bola matanya malas dan dengan sekuat tenaga ia mendorong Taehyung untuk menjauh tapi nihil, Taehyung malah memegang kedua tangannya.
"Apa kau tahu keadaanku saat ini? Aku sangat hancur ketika melihat dirimu terluka seperti ini. Aku merasa seperti akan mati, merskipun aku tahu kau melihat kearah yang lain ; aku tetap tidak bisa melepasmu. Kau memang tampak dingin diluar, tapi sikapmu sangat hangat. Orang-orang tertipu oleh penampilanmu tetapi tidak denganku." Ucap Taehyung kembali.
"Kau bilang aku baik karena kau melihat titik terendah diriku. Jangan berpikir seperti itu, caramu melihatku dan cara dunia melihatku akan berbeda." Ucap Irene dan menepis tangan Taehyung.
Irene menyingkirkan selimutnya dan berusaha untuk turun dari ranjang tetapi kakinya masih sangat lemah sehingga membuatnya terjatuh. Ia memandangi kedua kakinya dan tersenyum namun didalam hatinya Irene benar-benar marah dan sedih. Taehyung mencoba untuk menolong Irene, menuntunnya untuk kembali naik ke atas ranjangnya; namun lagi-lagi Irene menolaknya dengan kembali menepis tangannya.
"Jangan khawatir padaku, jangan peduli padaku. Aku tidak suka dicintai, itu membuatku menjadi lemah dan membuatku berpikir tidak apa-apa menjadi lemah. Aku sebenarnya hanya seorang budak dari emosiku, persetan dengan cinta tak berperasaan ini. Lihat aku lalu lihat dirimu, siapa yang lebih sakit? Kau pintar kan? Jika kau menangis air mata darah dari kedua matamu, maaf aku tidak peduli ; aku harus mengakhiri cinta ini." Tegas Irene sembari menatap tajam Taehyung.
"Apa kau pernah memikirkan itu dari sudut pandangku? Aku juga merasa buruk dengan diriku, tiap kali kau menolak diriku. Kau tau berapa mengerikannya itu? Aku juga ingin mendapat pengakuan." Ucap Taehyung.
"Sangat mudah bagimu meminta pengakuan dariku. Apa kau lupa saat kau selalu berpura-pura sibuk dan tidak menemuiku karena berselingkuh?" Irene mencengkeram kerah jaket yang sedang digunakan oleh Taehyung. "Bagaimana kau bisa memakai jaket yang kuberi lalu tidur dengan temanku? Bagaimana bisa kau Setega ini kepadaku?" Lanjutnya dengan nada suara yang ditinggikan.
Taehyung membela dirinya dengan berkata bahwa dia tidak tidur dengan Jennie dan tidak hamilinya karena selama ini Jennie hanya berbohong agar Irene membenci dirinya.
Mata Irene mulai berkaca-kaca, ia semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah jaket Taehyung dan mengguncangkan tubuh Taehyung. "Lepas jaket sialan ini, lepas!" Irene melepaskan kasar cengkramannya sehingga membuat Taehyung terduduk.
"Aku tidak menyangka kau Setega ini kepadaku, kau pikir kau siapa? Beraninya mengkhianati kepercayaan yang sudah kuberikan padamu?" Ucap Irene.
Taehyung langsung memeluk Irene dari belakang. "Aku masih sangat menyukaimu, kau muak denganku?". Ia semakin mengeratkan pelukannya. "Aku mencarimu selama ini seperti orang gila. Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku jika kau sedang dalam bahaya dan tekanan orang jahat." Ucapnya.
Irene terdiam, kata-kata Taehyung terdengar begitu tulus sehingga membuatnya ingin menangis ; tapi apakah laki-laki bermarga Kim itu bisa dipercaya?
"Jangan mengabaikanku seperti ini, jangan mengatakan bahwa kau ingin mengakhiri hubungan kita, bila kau juga tidak bisa melupakanku, hatimu membuatku terbakar jantungku berdetak semakin kencang, kau bisa mendengarnya lebih dekat dan semakin dekat." Ucap Taehyung kembali.
Irene memilih untuk tidak menjawab dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Taehyung.
"Jika aku memberitahumu, hidupmu akan ikut hancur. Tiap hari rasanya bagaikan neraka dan hari demi hari aku tersiksa. Meskipun sekarang terlihat baik-baik saja dan meski terlihat bernafas, aku tidak benar-benar bernafas." Batinnya.
🌼🌼🌼🌼
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐝 𝐡𝐚𝐯𝐞 𝐚 𝐧𝐢𝐜𝐞 𝐝𝐚𝐲(◠‿・)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Savage Girl Feelings
Fanfiction- Park Irene Anak tunggal kaya raya yang tidak percaya dengan adanya cinta dan mencoba untuk menemukan jati dirinya dengan berusaha membongkar dan mencaritahu pelaku yang telah membunuh Ibu kandung serta Tunangannya. - Jack Kim (Aka Kim Taehyung) ...