» [Queendom - Red Velvet] «
0:01 ─〇───── 3:02
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻˚✩
Taehyung mendatangi rumah Jisoo. Dia mencoba menghubungi sang pemilik rumah sembari mengetuk pintu rumahnya tapi Jisoo tidak kunjung membukakan pintu dan membuatnya khawatir terlebih ponselnya juga tidak bisa dihubungi.
Taehyung bingung kenapa Jisoo tidak mengangkatnya panggilannya karena seharusnya dia sudah selesai bekerja. Dia menyimpan ponselnya di saku lalu menghela nafas dan kembali mencoba untuk mengetuk pintu, siapa tahu tadi Jisoo sedang tidur, menonton televisi, atau entahlah.
Mendadak pintu terbuka namun anehnya yang membuka bukanlah Jisoo melainkan kakaknya, Dara.
"Taehyung? Untuk apa kau datang kesini?" Tanyanya.
Taehyung sempat tidak menghiraukan dan berusaha melihat kedalam rumah namun Dara dengan cepat menutupi pandangannya.
"Pergilah Jisoo tidak ada dirumah, dia kembali ke Busan." Lanjut Dara.
Taehyung pun memutuskan untuk pergi, didepan penyimpanan sampah ia melihat beberapa tumpukan barang yang dirinya sangat ingat bahwa itu adalah barang-barang pemberiannya untuk Jisoo dan mendadak membuatnya merasa khawatir. Ia mendudukkan dirinya di kursi sembari memegang salah satu foto dirinya bersama Jisoo ketika masih bersekolah.
Keesokannya, Jennie terbangun dengan tubuhnya yang terbalut selimut, ia membuka selimut itu dan ternyata dirinya tidak memakai sehelai pakaian satupun.
Jennie bangkit dan duduk di tempat tidurnya melirik sekeliling ruangan dia berada dihotel saat ini, bagaimana mungkin? Bukankah semalam dia berada di rumah Seulgi.
Tidak lama pintu kamar mandi pun terbuka dan Seokjin yang baru keluar didalamnya, sontak membuat Jennie terkejut melihatnya karena sungguh ia tidak ingat apapun sekarang. Saat Jennie akan membuka suaranya untuk bicara, Seokjin lebih dulu yang berbicara kepadanya. Dia berkata untuk menganggap kejadian yang terjadi kepada mereka semalam sebagai sebuah Kesalahan.
"Maksudmu?"
"Kau yang menjamahku terlebih dahulu dan hanya kau yang menikmati permainanmu itu." Jawab Seokjin dan Seketika Jennie menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Jadi anggap saja itu sebagai kesalahan dan aku tidak ingin membahasnya lagi." Lanjutnya.
Seokjin mengambil jaketnya yang berada di atas tempat tidur lalu bergegas untuk pergi tapi sebelum itu ia sempat berbalik. Jangan sampai Irene tau tentang kejadian ini." Ujarnya lalu keluar dari kamar hotel.
Sepeninggal Seokjin, Jennie mengusak rambutnya kasar dan merutuki perbuatan bodohnya. Sial, Bisa-bisanya Jennie melakukan hal seperti itu bersama Seokjin dengan membayangkan Taehyung, dia pasti sudah gila.
Jennie mengambil ponselnya yang di atas meja lalu memeriksanya, Tidak ada satupun pesan maupun panggilan yang masuk dari Taehyung.
Sedangkan dikediaman Tuan dan Nyonya Choi, Irene terbangun dan merasa kepalanya sakit. Ia duduk di atas tempat tidurnya dan memijat kecil kepalanya. Pintu kamarnya di ketuk dan Bibi Yuri masuk kedalam kamar membawakan teh dan sup untuk penghilang rasa pengar untuknya setelah sebelumnya diijinkan masuk oleh sang pemilik kamar.
Bibi Yuri meletakkan nampannya di atas meja yang berada di samping tempat tidur Irene. "Nona muda, makan dan minumlah ini." Ujarnya.
Irene mengambil gelas yang diberikan Bibi Yuri dan meneguk air didalamnya. Ia turun dari atas tempat tidurnya setelah Bibi yuri keluar dari kamarnya dan duduk di meja riasnya, menatap dirinya sendiri dihadapan cermin.
Ting!
💌82+
Apa kau baik-baik saja? Kepalamu terasa sakit? Mau kubawakan minuman pereda saat dikelas nanti?
7.00Irene menggigit jarinya, ternyata nomor ini adalah nomor Taehyung. Ia pun mulai mengetik untuk membalas pesan tersebut.
Bukan urusanmu dan berhentilah mengirim pesan kepadaku.
7.01Namun bukan balasan teks yang Irene dapat sekarang, melainkan panggilan suara dari Taehyung dan Tentu saja Irene dengan jelas mengabaikannya.
Nyonya Choi tersenyum kecil sembari menata makanan di meja makan, walaupun itu masakan pelayan dirumahnya; namun ia tetap harus bersikap sebagai seorang ibu yang baik. Nyonya Choi menaruh piring dihadapan Irene dan menaruh nasi beserta lauknya untuk putrinya itu sebelum memutuskan duduk di dihadapan Irene dan mengambil bagian untuk dirinya sendiri.
Irene menghirup napas dalam lalu mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya tanpa mengatakan apapun, bahkan dengan ekspresi wajah yang selalu ia berikan kepada semua orang ; datar.
"Apa kau ada acara setelah selesai kelasmu nanti sayang?" Tanya Taeyeon.
Irene menaruh peralatan makan yang digenggamnya keatas meja, seketika nafsu makannya menghilang. Ia menuangkan air digelas dan meneguknya lalu mengarahkan pandangannya kepada Taeyeon.
"Tumben sekali bertanya, kenapa?" Ketusnya.
"Eomma hanya ingin kita berbelanja dan melakukan perawatan bersama, sebentar lagi kan hari ulangtahunmu sayang." Ujar Taeyeon lembut.
Irene tertawa remeh mendengarnya. " Omong kosong, Kau pasti hanya akan merayakan hari kematianku saja bukan? Lepaskan saja topengmu karena Appa tidak ada disini." Jawabnya.
Taeyeon melakukan hal sama seperti yang dilakukan Irene sebelumnya ; ia menghentikan acara makannya.
"Bukankah ibu tiri adalah ibu juga? Bisakah kau sedikit lembut dan sopan saat berbicara kepada Eomma, Irene?" Ujarnya.
Irene mendorong kursinya kebelakang. "Bibi Yuri, aku sudah selesai dengan sarapanku." Ujarnya lalu bangkit dan beranjak pergi meninggalkan Taeyeon.
Taeyeon menggelengkan kepalanya lalu menyingkirkan makanan yang ada dihadapannya. Harus berapa lama dirinya bersabar dan berusaha sekeras apa lagi menghadapi sikap acuh Irene kepadanya? Entahlah.
🌼🌼🌼🌼
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐝 𝐡𝐚𝐯𝐞 𝐚 𝐧𝐢𝐜𝐞 𝐝𝐚𝐲(◠‿・)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Savage Girl Feelings
Fiksi Penggemar- Park Irene Anak tunggal kaya raya yang tidak percaya dengan adanya cinta dan mencoba untuk menemukan jati dirinya dengan berusaha membongkar dan mencaritahu pelaku yang telah membunuh Ibu kandung serta Tunangannya. - Jack Kim (Aka Kim Taehyung) ...