18. AMORAIGER⛱

2.4K 246 141
                                    

hai hai haiii

panggil aku kabos ya

kembali lagi dengan amoraiger

selamat membaca

🌈AMORAIGER🐯

"Yah hujan, gimana caranya aku pulang," keluh Amora seraya menunggu di pinggir halte dengan tangan yang ia julurkan untuk menahan air hujan yang turun dari atap halte ke trotoar.

Amora menoleh ke sekitarnya, sekolah sudah agak sepi karena sudah banyak yang pulang sebelum hujan turun tadi, tinggal beberapa murid yang masih menunggu di dalam wilayah sekolah.

Amora tadi sedang piket, tapi saat dia selesai piket dan ingin pulang, ternyata hujan sudah turun dengan sangat lebat, akhirnya ia memilih berlari ke halte sambil menunggu angkutan umum, tapi karna hujan, sepertinya tidak akan ada angkot yang lewat lagi.

Amora terfikir tentang Adeknya saat ini, bagaimana kondisi Adek-Adekknya saat ini. Apakah Ayahnya sudah pulang? Atau belum? Amora juga memikirkan bagaimana pekerjaannya nanti.

Amora mengambil plastik di dalam tasnya dan lebih memilih meninggalkan halte menuju rumah secepatnya, sepertinya hujan juga tidak akan berhenti.

"Tunggu." Amora menghentikan langkahnya saat ada yang menyuruhnya untuk berhenti.

Amora berbalik badan mendapati Aiger sedang memegang payung dan berdiri di tengah halte. "Tunggu."

"Kenapa Kak? Kakak butuh bantuan aku?" tanya Amora berjalan mendekat ke halte, jika berdiri lama-lama di tempat yang tidak ada atap akan membuat dia sakit dan tidak bisa bekerja.

"Pakai ini." Aiger menyerahkan payungnya pada Amora.

Amora menyerit heran. "Buat apa ni Kak? Kakak nyuruh aku pegangin ini waktu Kakak jalan?"

Aiger berdecak sebal. Ternyata cewek ini sangat-sangat polos. Aiger menarik ujung payung hingga payung itu tak lagi mengembang dan memberinya pada Amora.

"Lo pakain ini, lo mau pulang kan?" tanya Aiger dan Amora mengangguk, tapi dia bingung, kenapa Aiger bisa sebaik ini.

"Ini beneran Kak? Kakak gak make?" tanya Amora, Aiger membalasnya dengan menggeleng.

"Gue baik karna lo udah bantu gue kemarin, balasan makasih gue sama lo. Ni ambil, tapi jangan mikir gue suka sama lo." Amora menoleh pada Aiger dengan bingung.

Bahkan Amora tidak pernah memikirkan hal itu, kenapa Aiger bisa kepikiran sampai segitunya? Bahkan tidak mungkin juga seorang Amora yang miskin dan tidak ada apa-apanya menaruh hati pada Aiger uang bisa disebut bosnya itu.

"Lo itu babu gue dan gue itu bos lo!" peringat Aiger lagi lalu meletakkan payung itu di atas kursi halte dan meninggalkan Amora karna cewek itu tak mengambilnya.

Amora menatap kepergian Aiger dengan tatapan sayu. Akhirnya dia bisa pulang ke rumah. Amora mengambil payung itu dan mengambangkannya lalu berjalan dengan langkah cepat.

"Kakak pulang," kata Amora seraya membuka pintu rumah. Rumahnya tampak sepi-sepi saja hari ini. Entah apa yang terjadi di sana sebelumnya.

"Saga, Moza," panggil Amora tapi tak ada balasan dari orang yang dipanggil.

"SAGA, MOZAAAA," panggil Amora lagi lebih keras. Amora sangat panik disaat tak ada yang membalasnya.

"Kakak." Rintihan dan suara bergetar itu membuat Amora sangat panik, ia berjalanke kamar berwarna kuningnya itu mendapati Saga yang tengah memeluk Moza.

"Kalian kenapa Dek? Ayah apain kalian? Kenapa?" tanya Amora bertubi-tubi. Saga langsung melepas pelukannya karna Moza yang memintanya. Lalu Moza langsung mengamburkan pelukan pada Kakaknya itu.

AMORAIGER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang