Hari yang di nanti telah tiba, yakni hari pernikahan Fahmi dan Syakia, setelah tadi malam acara khotam Qur'an di rumah Fahmi sekaligus pengajian yang di hadiri ulama-ulama.
Baik Fahmi ataupun Syakia mereka tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing, tersenyum-senyum di rumahnya entah apa yang mereka rasakan hanya mereka yang mengetahui.
Syakia tampak anggun dengan balutan baju pengantin khas sunda yang serba putih dengan make up sederhana tidak berlebihan karena Syakia sendiri yang meminta, namun aura ngantennya berseri sekali karena memang tanpa make up saja dia sudah sangat cantik maka make up hanyalah pelengkap.
"Umi rasanya seperti sedang
mimpi, sekarang Kia sudah mau menikah" Ibunya tersenyum mengusap kepala Syakia yang tengah duduk di depan cermin."Rasanya baru kemarin Umi menggendong kamu dalam dekapan Umi, rasanya baru kemarin kamu sama teh Najwa berlari-larian di rumah ini" Salma menerawang sembari meneteskan air mata. Kemudian Najwa menghampiri uminya bagitu pun Syakia yang beralih duduk di samping uminya lalu keduanya memeluk uminya itu.
Syakia juga tak tahan hingga dia juga meneteskan air mata, karena memang Syakia anak yang paling manja pada orangtuanya, ayahnya pun sangat menyayangi Syakia. Syakia selalu jadi putri kecil di mata orangtua dan kakaknya.
Baru satu tahun yang lalu Najwa menikah dan ikut suaminya sekarang pun Syakia juga harus pergi ke rumah suaminya. Tentu saja itu sangat sedih bagi seorang ibu. Begitu juga yang di rasakan Salma, rumah yang penuh dengan tawa kedua putrinya sekarang hanya tinggal dua orangtua yang menikmati masa senjanya.
"Sayang, jangan nangis atuh riasan wajah kamu jadi berantakan, nanti calon suamimu akan menertawakanmu" Ejek Salma sembari mengusap air mata Syakia.
"Umi, semua orang sudah mengenal siapa calon suami dari putri kecil kita ini, dia tidak mungkin akan menertawakannya" Sahut Najwa mencubit hidung Syakia. Yang membuat Syakia tersenyum malu.
________________________
Sementara itu, di rumah lain Fahmi dan keluarganya tengah mempersiapkan keberangkatan ke rumah Syakia. Fahmi sudah tampak rapih dengan busana serba putih juga, senada dengan baju Syakia.
"Ami, bagaimana calon adik ipar ku, apa dia segalak wanita di sebelahku ini?" Bisik Imran yang di tujukan pada Ulfa istrinya, namun masih bisa di dengar oleh semua orang, ulfa cemberut mendengar penuturan suaminya itu. Sementara Ami hanya tersenyum menanggapi kakaknya.
"Yang jelas kedua menantu Umi itu sangat cantik" Sahut Sadiah.
Setelah itu mereka berangkat menuju rumah pengantin perempuan di iringi para santri di belakang. Butuh empat jam perjalanan untuk ke rumah sang pengantin perempuan. Karena itulah, sejak berangkat jam enam. Rombongan Fahmi baru tiba di rumah Syakia sekitar jam sepuluh.
Wajah abi Sufyan dan umi Sadiah tampak berseri-seri ketika tiba di halaman rumah Syakia. Dan disambut hangat oleh keluarga Syakia dengan wajah berseri juga.
Di tengah para keluarga dan para saksi Fahmi menjabat tangan Arif mengucap Ijab Qobul.
"Wahai Muhammad Fahmi Husaini bin Sufyan Husaini aku nikahkan engkau dengan putriku Syakia Ma'rifatul Husna binti Ma'rifat dengan mas kawin 60 gram emas, seperangkat alat solat dan lantunan surah Ar-Rohman di bayar tunai" Ucap Arif menjabat tangan Fahmi.
"Saya terima nikahnya Syakia Ma'rifatul Husna binti Ma'rifat dengan mas kawin tersebut, tunai." Ucap Fahmi dengan lantang.
"Bagaimana para saksi?" Ucap amil nikah.
"Sah" Ucap mereka berbarengan.
Setelah itu Fahmi membaca surah Ar-Rohman tanpa melihat Al-Qur'an dia membaca dengan khidmat dan penuh penghayatan membuat semua orang tampak kagum mendengarnya. Bahkan terkadang diiringi tetesan air mata ketika Fahmi melantunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Narrativa generaleFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...