Lanjutan

2.1K 121 5
                                    

"Kak, boleh gendong gak?" Ucap Syakia sumringah.

"Boleh dong, nih" Ucap Ulfa sembari menyerahkan bayinya.

"Hati-hati Syakia, kamu kan belum pernah gendong bayi baru lahir takutnya kenapa-napa" Sahut Anisa. Membuat semua orang terdiam dengan ucapan Anisa itu.

"Udah kok Nis, saat teh Najwa melahirkan Alvan" Jawab Syakia sembari senyum samar.

"Anisa, ikut aku dulu yu" Ucap Fahmi menarik Anisa ke luar ruangan.
____________________________________

"Nis, kenapa kamu kaya gitu!" Tegur Fahmi ketika sudah di luar ruangan.

"Maksud kamu apa Mi? Anisa malah bertanya seakan tidak mengerti.

"Kenapa tadi kamu ngomong kaya gitu ke Syakia?"

"Omongan aku salahnya dimana? Aku cuma ngingetin dia, maksud aku baik!" Kini suara Anisa mulai sedikit meninggi.

"Kamu sadar gak, ucapan kamu sudah melukai hati Syakia!" Geram Fahmi.

"Apa?" Anisa mengangkat dagunya "Apa yang membuat Syakia terluka, hah?"

"Kamu sendiri tau kan kami sudah menikah bertahun-tahun dan kami belum dikaruniai seorang anak, dan kamu tau? Kata-kata kamu tadi jelas melukainya dan tanpa kamu sadar kamu juga melukai ku" Ucap Fahmi berusaha menahan amarahnya, karena meskipun saat ini dia sangat marah pada Anisa tapi bagaimana pun juga dia tengah hamil dan Fahmi takut terjadi sesuatu jika dia terlalu keras.

"Iya, aku tau. Terus kenapa kamu masih selalu belain dia, padahal disini aku yang selalu memberikan kamu kebahagian, bukan Syakia!" Ucap Anisa sedikit keras hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang di lorong rumah sakit menoleh ke arah nya.

"ANISA!" Geram Fahmi pelan, wajahnya memerah menahan marah, dia berusaha mengatur napasnya agar sedikit tenang "Astagfirullahaladzim, apa kamu tidak malu dilihat orang-orang" Ucap Fahmi.

Fahmi berbalik ke arah pintu ruangan lalu menoleh lagi pada Anisa, "Masuklah, dan bersikaplah lebih baik!" Setelah itu Fahmi kembali ke ruangan, kemudian di susul Anisa setelah beberapa lama.

***

"Jangan dipikirin ya ucapan Anisa tadi" Senyum Sadiah meranggkul dan mengelus bahu Syakia.

"Tidak kok umi, Kia gak papa" Jawab Syakia dengan senyuman juga. Kini bayi Ulfa sudah berpindah tangan ke gendongan Sufyan.

Tak lama pintu terbuka dan tampaklah Fahmi memasuki ruangan lagi bersama Anisa di belakangnya. Syakia dapat melihat raut marah dari wajah suaminya. Apa Fahmi marah karena yang tadi? Tapi Syakia tidak berani bertanya, dan memilih mengabaikannya saja.

"Eh kak bayinya sudah di kasih nama?" Tanya Syakia, untuk mengalihkan kecanggungan di ruangan itu.

"Sudah sama mas Imran, namanya Dika" Jawab Ulfa senyum.

Kemudian Ulfa meletakan tangannya di perut Syakia membuat Syakia menoleh ke arah perutnya

"Aku juga berdoa, semoga kamu juga akan segera menjadi seorang ibu, aku yakin kau akan jadi ibu yang baik" Ucap Ulfa tersenyum lembut.

Semua pandangan teralihkan pada mereka berdua. Syakia tersenyum mendengar ucapan Ulfa barusan, seakan-akan dengan kata-kata sederhana itu saja sudah membuat Syakia teramat bahagia.

Fahmi mendekat dan meranggkul bahu Syakia "Makasih kak, pasti Syakia sangat senang di doakan olehmu" Ucap Fahmi tersenyum, yang dibalas senyum juga oleh Ulfa.

Setelah pukul sembilan malam, Fahmi, Syakia, Anisa dan Ilham, juga Sadiah memutuskan untuk pulang dulu baru besok mereka ke sana lagi. Sementara Sufyan tidak pulang, dia akan di rumah sakit menemani Imran menjaga Ulfa dan Dika.

Sampai di pesantren, Fahmi mengantarkan Sadiah ke ruamahnya juga menggendong Ilham sampai ke kamar karena anak itu sudah tertidur sejak tadi. Setelah menidurkan Ilham di kasur dengan sangat hati-hati, Fahmi beranjak lagi untuk pergi tapi Anisa menahanya.

"Kamu mau kemana lagi?" Tanya Anisa.

"Ke rumah Syakia" Jawab Fahmi datar.

"Tidak, kamu tidur disini malam ini!" Ketus Anisa.

"Pikiranku sedang tidak baik-baik saja, dan hanya saat bersama Syakia aku bisa merasa lebih baik" Ucap Fahmi lalu pergi ke luar kamar dan segera menemui Syakia yang masih menunggunya di luar, karena tadi Fahmi bilang untuk tetap menunggunya saat Fahmi tadi menidurkan Ilham dulu.

"Lama ya?" Tanya Fahmi dengan senyum ketika melihat wajah istrinya di depan pintu mobil.

"Tidak, aku hanya sedikit mengantuk" Jawab Syakia sembari sesekali menguap.

Fahmi terkekeh, "Yaudah kita segera pulang, tapi bentar ya aku masukin mobil dulu"

"Hm" Syakia hanya bergumam sebagai jawaban. Setelah itu mereka pulang.

***

"Katanya tadi ngantuk?" Ucap Fahmi saat melihat Syakia malah duduk di depan meja rias sembari memerhatikan dirinya yang tengah duduk di kasur membaca buku.

"Tadi iya, tapi mungkin karena kena air wudhu jadi ilang kantuknya" Perempuan itu tadi memang baru selesai sholat Isya.

Fahmi terkekeh lalu bergumam "hm" Kemudian melanjutkan kembali membacanya.

"Eh a tau gak?" Ucap Syakia seraya menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Gak tau, kan kamu belum ngasih tau" Jawab Fahmi masih fokus pada bukunya dan tak menoleh pada Syakia.

"Ih a dengerin" Gerutu Syakia.

Fahmi kemudian menutup bukunya dan menaruhnya di samping tubuhnya "Iya, apa hm"

"Tadi kan teh Najwa bawa Alfan juga saat ketemu aku"

"Oh ya, dia udah sembuh?" Tanya Fahmi mulai tertarik.

"Iya udah, cepet ya, malah dia udah masuk TK lagi" Jawab Syakia.

"Tadi kan aku bilang mau ngajak Alfan tinggal di sini" Tambah Syakia.

"Terus dia jawab apa?" Ucap Fahmi.

"Tau gak Alfan bilang apa?" Tanya Syakia semangat seolah menyuruh Fahmi untuk menebaknya.

"Apa?"

"Dia bilang 'Alfan gak mau, Di rumah bibi kan ada om Fahmi, kalau Alvan tinggal di sana nanti ketampanan Alvan akan tersaingi!' cara dia ngomong lucu banget" Ucap Syakia seolah gemas sendiri.

"Oh ya, dia bilang gitu?" Fahmi terkekeh gemas.

"Iya, kok dia bisa ngomong kaya gitu ya lucu banget" Syakia semakin tertawa.

"Memangnya menurut kamu sendiri aku sama Alfan lebih tampan mana?" Ucap Fahmi menggoda.

Syakia sedikit gugup mendapat pertanyaan Fahmi "Ya lebih tampan Alfan lah" Jawab Syakia spontan.

"Masa sih" Fahmi memicingkan matanya tak percaya.

"Udah ah tidur yu" Syakia jadi salah tingkah sendiri. Dia segera memutari ranjang dan tidur di sisi lain kasur.

"Tadi bilang kantuknya udah hilang?" Goda Fahmi lagi seakan belum puas membuat istrinya itu salah tingkah.

"Sekarang udah ada lagi, tuh huaaaa" Jawab Syakia cepat kemudian pura-pura seperti orang menguap.

Dan Fahmi hanya terkekeh lucu melihat sikap istrinya itu, lalu dia kembali membaca bukunya lagi yang tadi sempat tertunda karena mendengar cerita istrinya. Dia juga tidak lupa untuk menarik selimut menyelimuti tubuh ramping istrinya. Diam-diam Fahmi tersenyum sembari mengelus helaian rambut Syakia, hanya saat tidur seperti ini lah dia bisa melihat rambut indah perempuan ini.

"Tidurlah yang nyenyak, agar aku bisa segera melihat seyummu di pagi hari"
-Fahmi

Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang