Pagi itu, dengan di kawal dua bodyguard Dion menyuruh Yuna untuk pergi ke Supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan dapur, dan Yuna tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia juga turut serta membawa surat yang diberikan Syakia 3 hari yang lalu kepadanya, semoga ini bisa membantu perempuan itu.
Sementara itu, seorang pelayan lainnya memasuki ruangan Syakia, kali ini bukan untuk mengantar makanan seperti biasanya, tapi untuk memberitahu Syakia agar dia pergi ke taman belakang.
Syakia sempat heran namun dia mengikuti pelayan itu, berjalan melewati lorong rumah itu, sampai ujung lorong itu mengantarkannya pada sebuah halaman yang ditumbuhi banyak sekali jenis tanaman juga beberapa pohon di ujung sana.
"Mari non tuan sudah menunggu di sana" Ucap pelayan itu sopan. Syakia hanya mengikuti langkahnya tanpa menjawab ataupun bertanya pada pelayan itu.
Baru beberapa langkah dia berjalan Syakia sudah melihat laki-laki stail casual itu tengah duduk di salah satu bangku ia menoleh saat Syakia sudah berdiri di sampingnya.
"Duduklah" Ucapnya.
"Ada apa kau memintaku kesini!"
"Duduklah" Dengan sedikit berat Syakia akhirnya duduk di bangku itu, itupun dibangku ujungnya.
"Ada apa?"
"Hanya ingin bicara" Jawanya santai.
"Percepat"
Dion menghela napas "Hah, baiklah" ia menoleh sebentar pada Syakia. "Gimana? Sudah mengirimkan suratnya?"
Mendengar itu Syakia menoleh cepat "K–kau?"
"Tidak usah sekaget itu juga ekspresinya" Ucapnya sedikit terkekeh.
"Dari mana kamu tahu–eh maksudnya kenapa kamu tahu?"
"Aku sudah curiga saat kau dan Yuna berpelukan dan begitu kaget saat melihatku" Dia tersenyum pada Syakia. "Dan tadi bodyguard ku memberitahu kalau Yuna mampir ke kantor pos dengan sedikit mengendap-endap"
Syakia menautkan jari-jarinya "Kau akan marah?"
"Aku sudah bosan untuk hal itu"
"Lalu?"
"Boleh aku bertanya?" Ucapnya tak menghiraukan pertanyaan Syakia.
Syakia menggangguk ragu "Katakan saja"
"Jika nanti Fahmi tidak pernah datang ke sini untuk menjemputmu, apakah mungkin.... kamu akan berubah pikiran dan membuka hatimu meskipun sedikit?" Dion menatap Syakia dengan serius.
Syakia sempat terdiam namun akhirnya dia menjawab pertanyaan itu "Dion... meskipun Fahmi tidak datang, tapi aku tidak bisa berpisah dengannya"
"Kenapa?"
"Karena aku sedang mengandung anaknya, dan aku juga tidak ingin suatu saat ketika anakku lahir tidak ada ayahnya di sisinya" Mata Syakia mulai berkaca-kaca.
"Aku yang akan menjadi ayahnya, aku yang akan meng adzaninya, aku akan mencintainya" Ucapnya dengan tatapan tulus.
"Dion kenapa kamu tid–"
"Aku akan melepaskanmu" Potong Dion cepat. "Aku akan melepaskanmu jika Fahmi datang kesini untuk membawamu, namun jika dia tidak datang maka tidak ada alasan lagi untuk aku merebutmu darinya"
"K–kamu bicara ap–"
"Kamu sudah mendengarnya, Syakia" Potong Dion lalu beranjak dari duduknya.
Syakia kembali memainkan jari jemarinya "Kamu benar Dion" Ucap Syakia membuat langkah Dion terhenti.
"Jika dia tidak datang meskipun aku sudah memberitahunya, mungkin dia sudah tidak peduli padaku dan bahkan sudah tidak mencintaiku lagi" Butir-butir air mulai menetesi kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Fiksi UmumFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...