"Iya ada apa?"
"...."
"Aku tidak bisa"
"...."
"Aku benar-benar tidak bisa, Syakia masih membutuhkanku"
"....."
"Baiklah, aku segera ke sana"
_________________________________________
Saat memasuki kamar tampak wanita itu tengah membereskan baju-baju di lemarinya. Wanita itu memang tidak bisa diam, ada saja sesuatu yang dia bereskan atau rapihkan, bahkan saat Fahmi bilang itu tidak perlu karena kondisinya sekarang dia tetap saja melakukan pekerjaannya. Sosok istri yang telaten dan sempurna menurut Fahmi.
Perlahan Fahmi mendekat dengan ragu, sebenarnya dia takut dan bagaimana caranya bicara padanya.
"Kia" Panggilnya, Syakia menoleh sekilas.
"Aku, akan pulang dulu sebentar" Ucapnya hati-hati.
"Kenapa harus ijin, kalo mau pulang, pulang aja toh kamu mau nemuin istri kamu kan" Ucap Syakia datar tanpa menoleh dan masih sibuk melipat bajunya.
"Gak gitu Kia" Fahmi mencoba menenangkan.
"Pulang aja a, nanti dia nuntut kalo kamu gak adil lagi, lagian aku gak pernah kan minta kamu nungguin aku disini" Kali ini Syakia menatap Fahmi.
"Kia dengerin aku dulu" Fahmi mencoba meraih tangan Syakia tapi Syakia menepisnya.
"A aku bilang kamu pulang aja ke sana, bahkan kalau bisa gak usah kesini lagi!" Ketusnya seraya kembali membereskan bajunya.
"Kia bisa gak dengerin aku dulu" Fahmi mengikuti kemana pun Syakia melangkah dan masih berusaha agar dia tetap bicara lembut pada istrinya.
"Aku denger a, kamu pikir aku tuli, aku kan udah bilang, silahkan a"
"Sarah sakit" Ucap Fahmi pelan.
Syakia menoleh. "Aku benar-benar tidak berniat untuk meninggalkan kamu disini untuk menemui Anisa, tolong jangan salah paham" Ucap Fahmi kemudian.
"Jikapun ingin menemui Anisa juga gak papa"
"Kia..."
"Pulanglah a kasian Sarah dia pasti membutuhkan ayahnya, dan kamu jangan khawatirkan aku, disini aku bersama ayah dan ibu yang selalu menyayangi aku" Tutur Syakia melembut, namun terselip sindiran di akhir kalimatnya.
Fahmi mendekat pada Syakia kemudian meraih kepala Syakia dan mengecup kening dan puncak kepalanya dengan lembut dan dalam. Kemudian dia memegang kedua pipi Syakia menatap matanya "Aku akan segera kembali setelah memastikan Sarah baik-baik saja dan akan selalu menemani kamu disini, aku tidak akan lama" Ucapnya tulus, lalu beranjak, namun baru saja meraih kenop pintu Fahmi berbalik lagi pada Syakia mengecup pipinya "Aku mencintaimu" Setelah itu dia benar-benar pergi.
Fahmi memasuki taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya karena memang dia tidak bawa mobil atau motor kesini karena saat itu dia di antar Jafar dan sudah lebih dari satu minggu dia di sini. Sebenarnya Fahmi sungguh tidak ingin meninggalkan Syakia, tapi saat mendengar anaknya sakit tentu saja Fahmi sangat khawatir apalagi itu putri pertamanya yang di mana kasih sayangnya masih terlimpah pada anak pertamanya meskipun sekarang kasih sayangnya juga sudah tumpah pada bayi dalam kandungan Syakia yang bagaimana pun mungkin nantinya Fahmi akan lebih menyayangi anak dari Syakia karena lahir dari perempuan yang dia cinta itu pasti akan berbeda.
Perjalanan 4 jam, Fahmi tiba di kediaman orangtuanya, dia segera bergegas setengah berlari memasuki rumah orangtuanya. Fahmi mendapati putrinya tengah bermain di ruang tengah bersama Irma dengan beberapa mainan, Fahmi buru-buru menghampiri putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Ficción GeneralFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...