Bayi Sungsang

3.5K 178 38
                                    


Harap Kalian Membaca Ini🙏

Aku ucapkan terimakasih banyak kepada para pembacaku yang sudah setia mengikuti dan menemaniku dalam menulis cerita ini. Terimakasih atas vote dan komentar juga saran dan kritik kalian. Aku begitu menghargainya. Meski tak sebanyak orang lain, tapi aku sangat bersyukur dan tidak menyangka mendapat dukungan yang luar biasa di cerita ini. Next nya inshaallah aku akan buat cerita-cerita lain yang semoga kalian suka. See you and luv untuk kalian semua 🤗

Oh ya, part ini terdapat +-2000 kata, selamat membaca.

3 bulan sudah sejak Anisa ke rumah orangtua Salma, sejak itu pula Anisa memutuskan untuk mengurus panti bersama Bu Yanti yang bekerja di sana. Fahmi juga akan ke sana sesekali untuk mengunjungi Sarah dan Anisa lalu kembali lagi ke rumah orangtua Syakia, selang beberapa hari pergi lagi ke panti dan pulang lagi begitu seterusnya.

Sekarang usia kehamilan Syakia juga sudah menginjak 8 bulan, waktu yang tidak terasa hingga perutnya semakin membesar, dan Syakia begitu bahagia, teramat bahagia, dan tak sabar menanti bayinya lahir.

"Kapan kamu akan ke panti lagi?" Tanya Syakia pada Fahmi yang kini tengah memandangnya sembari mengelus perut Syakia dengan senyum-senyum. Mereka sedang berbaring di ranjangnya.

"Mm mungkin lusa, kan kemarin aku baru dari sana" Jawabnya tanpa melepas pandangan dari perut Syakia.

"Kamu Kenapa sih senyum-senyum terus" Syakia terkekeh melihat tingkah suaminya.

Fahmi menoleh pada Syakia "Senang saja, sebentar lagi 9 bulan berarti sebentar lagi dia lahir"

"Haha, gak semuanya 9 bulan, ada tau yang hamilnya sampai 10 bulan, tapi ada juga yang baru 7 bulan tapi udah lahiran" Tutur Syakia.

"Iya gitu?" Fahmi mengernyitkan keningnya.

"Ya iya, emang ada yang gitu a..."

"Aku gak tau"

"Karena mungkin kamu gak mau tahu soal kaya ginian" Syakia mengusap lembut pipi Fahmi. "A"

"Hm"

"Sholawatin dong" Ucap Syakia berbinar.

"Sholawatin siapa?"

"Bayi kita, katanya dia bisa denger kan apalagi sholawat itu bagus"

"Baiklah, sini" Fahmi mendekatkan kepalanya pada perut Syakia.

"Allahuma sholi 'ala Syaidina
Muhammading tibil qulubi wada wa'iha
Wa 'afiyatil abdani wa Syifa iha
Wanuril absori, wa diya iha
Wa 'ala Alihi wa shohbihi wassalam"

Lantun Fahmi sembari mengelus lembut perut istrinya, membuat Syakia tak berhenti tersenyum. "Dia pasti senang mendengar suaramu"

"Semoga saja" Mereka saling tertawa.

"Eh ngomong-ngomong aku kangen deh a sama Ilham dan Sarah" Lanjutnya kemudian.

Fahmi menoleh lagi "Pasti mereka juga kangen padamu, mau aku anter ke sana?"

"Boleh, aku ingin bertemu mereka"

"Baiklah, nanti kita ke sana ya, sekarang makan dulu yuk"

"Iya" Ucap Syakia seraya beranjak.

***

Subuh itu, Syakia terbangun merasakan basah di bagian sensitifnya, ia beranjak dan berdiri meraba gamis bawah bagian belakangnya dan bajunya sangat basah, awalnya Syakia pikir itu darah tapi saat meraba tidak terdapat warna merah di telapak tangannya.

Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang