Dirimu, Bagai Dua Sisi

2.8K 201 18
                                    

Waktu yang bergulir
Tak terasa telah kudekap
Tiga percintaan
Cinta di hidupku

Lelah ku menilai
Sangat menyesak di dada
Bagai dua sisi
Ku lihat berbeda di dirimu

Usaikan kisah kita
Letih ku arungi hidup
Tak dapat ku pilih
Tiga cinta ini

Namun ringankanlah
Kaki untuk melangkah
Tak ingin ku sakiti
Lebih baik kutinggalkan semua
Sendiri lagi...

Itu sepenggal bait lagu dari teh Melly Goeslaw yang tengah Syakia dengarkan sembari merebahkan kepalanya di meja riasnya dengan air mata di sudut matanya.

Subuh tadi saat dirinya bangun, Fahmi sudah tidak ada di ranjangnya entah kemana, mungkin dia pulang. Tapi, bukan karena itu Syakia menangis, melainka karena, hanya saja dia merasa lagu itu serasa sesuai dengan kisah hidupnya.

Syakia mengusap perutnya, dia dihadapkan dilema. Entah harus bagaimana, dirinya juga tidak tahu. Jika dia memilih berpisah, lalu bagaimana dengan nasib anaknya nanti, Syakia sungguh tak ingin dia tumbuh tanpa ayah disisinya, Syakia sering mendengar kisah perpisahan orang tua selalu anaknya yang tersiksa.

Namun jika bertahan, dia juga tidak sanggup terus melihat perhatian yang suaminya bagikan pada yang lain, ternyata ikhlas tak semudah itu dan ternyata Syakia tak sekuat itu. Bahkan saat ini dia masih juga merasakan sakit saat mendapati suaminya tidak ada di kamarnya padahal semalam dia masih merasakan pelukan hangatnya. Berbagai asumsi bahwa suaminya pulang pada istri lainnya selalu menghinggapi Syakia.

Namun beberapa saat kemudian terdengar pintu kamar di buka yang memunculkan sosok yang Syakia cari sejak tadi, seperti biasa laki-laki itu selalu menampilkan senyum yang dulu senyum itu hanya miliknya. Dia tersenyum hangat dengan kantong plastik yang dia jinjing di tangannya.

Dia mengambil kursi lain, dan duduk di sebelah Syakia. "Makanlah" Ucapnya seraya membuka bungkus makanan itu, ternyata isinya bubur kesukaan Syakia.

"Aku masih ingat, dulu kata ayah kamu suka bubur mang Ridwan, karena bubur ini konon katanya enak, jadi ayo makanlah" Syakia tahu itu bubur mang Ridwan karena dari baunya saja sudah ketahuan, ternyata laki-laki itu pergi pagi-pagi sekali hanya untuk membeli bubur yang bisanya mangkal di depan komplek.

"Mau aku ambilkan mangkuk, atau mau disini saja?"

"Tidak usah" Singkat Syakia.

"Yasudah, aku mandi dulu, makan yang banyak" Ucapnya mengelus puncak kepala Syakia seraya berlalu ke kamar mandi.

Seharusnya yang makan bubur itu Fahmi, karena dia yang sakit. Bekas operasi waktu itu belum benar-benar pulih sepenuhnya, bahkan mungkin seharusnya saat ini dia masih di rumah sakit. Karena itulah sejak kemarin Syakia melihat Fahmi sedikit pucat. Tapi Syakia lebih memilih tidak menghiraukannya karena rasa egonya masih besar pada laki-laki itu.

***

"Mamah" Ilham memeluk ibunya saat Anisa sudah siuman, "Syukurlah mamah udah sadar, Ilham khawatir, Ilham takut mamah kenapa-napa" Lirihnya.

"Mamah gak papa sayang" Anisa mengelus kepala Ilham.

Sadiah juga beranjak menghampiri Anisa dengan menggendong Sarah, sedangkan Sufyan tadi subuh pulang untuk mengajar santri.

"Fahmi mana, umi?" Tanya Anisa langsung saat melihat ke sekeliling tak menemukan Fahmi

"Fahmi pergi menemui Syakia beberapa hari setelah operasi" Jawab Sadiah.

Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang